About Me

Kamis, 25 November 2010

Kangen

Berbaring resah dalam bayangan.
Jiwaku menggigil kedinginan.
Bukan karena menanggung karma
namun, cuaca tak berima

Telinga rindu berdenging
Mendamba suara sentuh daunnya
Bukan suara-suara nyaring,
Namun bisik getar nadinya.

Nadiku telah mati beku
atau sekarat jika nyawa tersisa.
Darahku masih menghamba jantung.
Namun lupa jalan ke sana.

Sebilah rasa menikam dada.
Merenteng mata pikuk dan prahara.
Dan aku terjelembab ke dalam liang.
Jatuh... rapuh... luruh.
Merana dijajah peluh.

Aku melihatnya di sana.
Penuh senyum bercengkerama
dengan bintang teman malam-malamnya.

Benarkah ia bermadu mesra dengan bintang?
Kapan ia teringat lg bila malam itu punya bintang?

Atau...
Aku hanya bermimpi.
Membawa sebuah bintang baginya.
Agar ia bertemu masa belianya
agar ia bercumbu dengan kisah-kisah klasiknya
agar...
agar...
agar... aku dapat menjadi bintang
yang kini ia lupakan.


Aku masih merangsek dalam kubur
Menunggu orang menimbun tanahnya.
Terbalut dadaku dengan lumpur.
Mengisi separuh ruang yang ternganga.

Kembalikan jika kau tak mau!
Sembuhkan jika kau penjaga waktu!

Kamu...

Dirimu...

Apimu...

SELAMATKANLAH AKU....

Senin, 22 November 2010

Pencari Tuhan

Sudah lama aku mencari Tuhan.
Kata guru agamaku, Dia ada di dalam hatiku.
Di dalam hati? (batinku)

Tp di mana hati itu?
Kata orang-orang romantis sich,
hati itu ada di balik dada
karna tiap orang bilang kata "hati", tangannya selalu menyentuh dada.

Aku pengen mencariNya
Biar aku bisa ketemu Tuhan
dan menanyakan bagaimana aku harus belajar mencintai.
Tp aku juga belum ingin mati.
kalau aku mencari hatiku, berarti aku harus
mengoyak dadaku dan mengobok-obok sampai ke dasarnya.

Tunggu..
Tunggu sebentar.
Kalau Tuhan ada di dalam hati, kenapa Dia sekecil itu?
Ah, tidak. Pasti Dia ada di suatu tempat yang lebih besar yang bisa menampung kebesaranNya.

Di mana Tuhan itu?

Seorang beragama mengatakan,
"Dia ada kalau kamu memeluk agama.
Kamu dapat menemukanNya dalam kitab suci."

Menurutku logis juga:
kitab suci lebih kelihatan dan real.
Tapi....
kenapa Dia hanya rupa aksara yang tersusun Indah?
Sebuah buku, kalau terbakar, habislah sudah raganya.
Jika memang Dia di sana, di mana AgungNya Tuhan?

Aku sudah mencari di seluruh kolong langit.
Aku mencari dan tak kutemukan.

Aku mencari di buku-buku best seller.
Mencari di antara bintang-bintang malam
Mencari di butiran dogma
Mencari di serpihan-serpihan budaya lama
Bahkan di selangkangan yang katanya adalah barang suci
Aku hanya menemukan sidik-sidik jariNya.

Akhirnya,
Dalam selimut lelah, aku meringkuk kedinginan.
Menyesali diri yang terlalu angkuh ingin bertemu dengan Nya.

Namun ada satu tempat yang belum kucari.

(bernyanyi)
Ubi Caritas et Amor, Deus Ibi Est.

Rabu, 17 November 2010

Menjadi Sampah

Berawal dari rasa kecil, berkembang menjadi rasa iri, kemudian mewujud dalam tindakan yang berupa sok.. untuk menutupi kekurangan..
Setelah itu, bila sedikit saja terkena isu-isu yang tidak jelas asalnya, meluap sudah segala kecemasan, kebingungan, tak tahu orientasi, kehilangan identitas, dan segalanya sehingga menjadikan diri seolah bukanlah diri kita...
Mungkin itu yang sedang terjadi padaku sekarang...
Aku terlalu cemas...
Aku terlalu kawatir...
Akut terlalu takut kehilangan...
Yang paling jelas..
AKU TAKUT MENJADI SAMPAH....


...............................................
.............................................
..............................................


Aku menyadari bahwa Sampah pun pada suatu saat dia pasti akan berguna. Klo tidak berguna, mengapa bisa ada proses daur ulang, mengapa ada orang yg mau-maunya bikin pupuk hijau,
Namun, ada juga yang langsung di bakar karna dirasa sudah tidak berguna dan tidak menghasilkan uang bila ditawarkan pada tukang timbang sampah....

Teman, semakin aku belajar untuk menjadi orang yang rendah hati.. rasanya semakin sulit saja. Banyak hal yang kuanggap sebagai cobaan proses belajarku ini... (sory untuk saat ini aku belum bisa menyebutkan secara detil, meski sebenarnya pengen banget berbagi, tetapi ini belum waktuku untuk berbagi... ).


sori2.. aku sedang kacau banget....
aku ga bisa nglanjutin ini...
ternyata aku memang belum siap untuk cerita....

Kamis, 09 September 2010

Feeling Just a Small Stuff

Seandainya aku boleh merasa-rasakan, perasaan manusia itu ternyata gampang sekali dipengaruhi.Lho koq gitu?????
Aku juga enggak tau..... Anyway... aku pengen cerita tentang apa yang baru saja kurasakan....
Oke...aku barusan nonton tipi bareng ma keluarga... kebetulan lagi pada kumpul2 bareng di depan tipi.Dan acara yang kami tonton adalah sinetron...
Jujur aja.. aku memang agak anti dengan yang namanya sinetron... apalagi sinetron yang kesannya terlalu dibuat-buat jalan ceritanya.Karna sikapku yang agak antipati itu, aku ga begitu konsen ma jalan cerita di sinetron ini...Aku malah asyik tenggelam dalam duniaku sendiri.. apa itu? ya.. aku asyik mengamati alias "menonton" reaksi orang-orang yang sedang menonton sinetron.... kata "menonton" sengaja kuberi tanda kutip karna maknanya bukan makna sebenarnya...aku mendengarkan dengan sungguh tiap komentar2 yang muncul dari mulut orang-orang beserta intonasi dan kemungkinan emosi yang melatari tiap komentar mereka.....dan yang buat aku heran... begitu mudahnya perasaan manusia itu dikendalikan oleh potongan2 gambar yang bergerak ratusan gambar per menit (alias film)
ternyata perasaan manusia itu gampang dikendalikan.....
PERASAAN MANUSIA ITU GAMPANG DIKENDALIKANada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memahami statemen ini:1)Segala yang mempengaruhi manusia tergantung dari apa yang ditangkap oleh indra2 input dalam tubuh manusia (mata, hidung, telinga, peraba)2)Bagaimana manusia memfilter itu3)Bagaimana manusia mengolah input2 itu.....4)Pengalaman2 manusia sebelumnya dan kerinduan serta kebutuhan yang dimiliki oleh manusia juga mempengaruhi proses pengolahan5)Munculah perasaan yang menjadi reaksi spontan atas segala yang masuk dalam dirinya...
Perasaan... (dengan segala macam jenisnya)adalah sebuah reaksi spontan dari diri manusia yang sebenarnya lebih sering muncul secara tiba2 dan tidak disadari oleh manusia.Biasanya perasaan ini mempengaruhi segala output dari diri manusia (sikap orang ke lingkungan, perkataan yang dikeluarkan, dsb)
Nah kalau perasaan manusia itu mudah dipengaruhi? apa jadinya bila manusia itu selalu tergantung pada perasaan dan tidak pernah mengontrol pengaruh perasaan itu....
Mengapa tidak kita ciptakan saja perasaan-perasaan yang kita inginkan.....
Apa yang dicari tiap manusia adalah kebahagiaan....tapi, apakah kebahagiaan itu adalah sebuah perasaan??????
kebanyaakan orang mungkin meyakini bahwa itu adalah perasaan....kalo aku?????? I ONO (I don't know)
aku bilang seperti itu karna aku sendiri belum paham.... seandainya aku dipaksa mendefinisikan... aku paling akan lebih parah dari sekedar orang buta,bisu,dan tuli... karna aku memang tidak tahu...
kalo memang tidak ada orang yang bisa mendefinisikan secara sempurna, mengapa tiap orang mencarinya... kebahagiaan lebih dari sekedar rasa nyaman dan damai, lebih dari sekedar rasa senang dan happy-happy, lebih dari sekedar ketawa-ketiwi, lebih dari sekedar menangis terharu... bla..bla... blaa... pfawyurhpjqa8w3y4upr5374u82wy4335588eyr30r2u39urjeia(*#HR#
kalo manusia memang mengejar kebahagiaan, kenapa kq kerap kali kita terbaring nyaman dalam buaian timang-timang perasaan-perasaan kita....
INGATTTT......!!!!!!!
perasaan hanyalah sekedar reaksi spontan dari dalam hati kita atas input2 yang kita terima ....
di antara penangkapan input-input dan munculnya perasaan-perasaan ada beberapa tahap yang seringkali tidak disadari....
jadi bila muncul perasaan, mungkin ada baiknya jangan langsung ambil sikap apalagi sebuah keputusan penting....
mungkin ada baiknya bila kita mereview dulu proses2 input data ke dalam kehidupan kita hingga sampai pada tahap munculnya perasaan itu...
Kita perhatikan juga apa-apa yang melatari munculnya perasaan....
REMEMber...
our FEELING is Just the one of small stuff in our life..... so don't bother it...
^_^
CAio..Ndes Zedeng

Jumat, 03 September 2010

Kehidupan

Dalam cengkerama dengan dunia
aku bertanya:
Siapakah Engkau sebenarnya?
Kapan Engkau tercipta?
Engkau apa?
Mengapa Engkau bulat?
Dari mana Engkau berasal?
Hanya "mungkin" yang merasuki tiap jawaban


Dalam cengkerama dengan sesama
aku bertanya:
Siapa dirimu sebenarnya?
Kapan dirimu tercipta?
Dirimu apa?
Mengapa dirimu seperti itu bentuknya?
Dari mana dirimu berasal?
Hanya "mungkin" yang menggarami tiap jawaban

Dalam cengkerama dengan sahaya
aku bertanya:
Siapa Sahaya sebenarnya?
Kapan Sahaya tercipta?
Sahaya apa?
Mengapa Sahaya seperti itu bentuknya?
Dari mana Sahaya berasal?
Hanya "mungkin" Sang Tiran tunggal dunia jawaban?

Hanya "mungkin" yang menjadi jawaban yang paling mungkin dari segala kemungkinan

Bagaimana aku menggulingkan tirani ini?

Mungkinkah kenyataan hanya album kompilasi dunia mungkin
dengan jutaan track list yang mungkin muat dalam list-nya?

Kamis, 12 Agustus 2010

Pertemanan

Memiliki banyak teman memang merupakan hal yang menyenangkan. Yah... minimalnya untukku pribadi. Ketika memiliki banyak teman, rasanya aman kalo mo kemana-mana. Selain itu, aku juga merasa memiliki banyak hati di mana-mana ketika hatiku sendiri tidak mampu menampung dan menahan segala perkara kehidupan ini.

Btw...
aku barusan bangun nih... bener-bener capek banget kemaren mendampingi para mahasiswa baru.
Meski begitu, aku merasa tetap bertenaga dan bersemangat. Kehadiran teman-teman baru dalam hidupku membuatku merasa hidupku lebih hidup dan melenyapkan keletihan fisik yang kurasakan.

pyuh... hehehehee....
selama berteman dengan kawan-kawan baruku, setidaknya aku belajar suatu hal yang penting tentang pertemanan.

Pertemanan dengan orang baru itu seperti aku mendapatkan sebuah botol atau tempat minum yang baru. Rasanya menyenangkan ketika diberi sebuah botol minum yang baru. Selain karna diberi gratisan, botol minum itu juga bisa kugunakan untuk membawa air ke manapun aku pergi.

Sebuah botol minum tentunya harus dibuka dulu tutupnya agar aku bisa menggunakannya sebagaimana mestinya. Ketika di buka tutupnya, aku mendapatkan tantangan baru. Apa itu? Tantangannya adalah ruang kosong botol minum itu harus kuisi dengan apa.

Tiap botol atau tempat minum memiliki karakternya masing-masing. Ada botol minum yang tahan panas. Ada botol minum yang ketika terkena panas akan peyot. Ada botol minum yang bisa dimanfaatkan sebagai shaker dan ada yang tidak. Hal ini sama seperti manusia. Tiap manusia memiliki hati yang berbeda-beda, karakter yang unik, dan kepribadian yang khas. Oleh karena itu, tiap manusia juga membutuhkan perlakuan yang berbeda-beda.

Maka, tantangan ketika aku membuka tutup botol minum itu berkaitan erat dengan soal memahami karakter.

Ketika aku bisa memahami karakter sebuah botol, maka aku pun bisa memperlakukan dia sesuai dengan kemampuan dan daya tahan tiap botol itu. Ketika aku tidak bisa memperlakukan botol itu dengan benar, maka botol itu akan cepat menjadi anggota baru tong sampah. Dan itu artinya, aku tidak bisa memahami karakter botol minum itu.

Coba bayangkan ketika botol itu adalah manusia, seorang pribadi yang hidup yang memiliki kekhasan hatinya masing-masing???!!

Coba bayangkan ketika aku menerima botol minum yang baru diandaikan sebagai aku menerima orang baru yang menjadi temanku???!!!

Jawaban ini bisa dijawab sesuai dengan hati kita masing-masing.......

Keterbukaan dalam sebuah pertemanan memang perlu. Namun, keterbukaan saja tidak cukup.
Ketika seorang teman sudah terbuka kepada kita, kita dihadapkan pada tantangan, yaitu: dengan air jenis apa aku bisa mengisi botol yang terbuka itu; pertanyaan kemudian, apakah aku mampu mengisinya atau mengusakan segala cara agar aku bisa mengisi dia??????



Tulisan ini kupersembahkan kepada para mahasiswa baru 2010. Khususnya kepada Sari, rekan kerjaku selama menjadi DAMPOK INSADHA 2010. (Trims banget Sar, atas botol minum yang kau hadiahkan kepadaku saat kita tukar kado dulu.... hehehehe.... )

Sabtu, 31 Juli 2010

Hidup=Hadiah Kejutan

Aku baru saja sadar satu hal. Bener-bener baru saja karena baru beberapa menit yang lalu sebelum aku mulai mengeetik tulisan ini.

Apa itu??

HIDUP INI ADALAH AKUMULASI HADIAH KEJUTAN.

klo bahasa kerennya:

Life is a surprising grants

Bayangkan aja!!!! Dalam tiap menit hidup kita, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada hidup kita di menit-menit selanjutnya... bukan hanya menit, bahkan seper, sepernya, ribuan, jutaan, ratusan, milyaran, detik tidak pernah kita mengetahui apa yang akan terjadi pada waktu-waktu itu.....

ya to? (pa aku yang salah ya... mbuh lah.. yang penting aku mengalami itu. Dan aku meyakini itu, kalian mau ikut yakin monggo. Klo ga ikut juga monggo. hahahahaha.... )

Dengan begitu, tiap guliran waktu di jagad raya ini adalah hadiah kejutan yang sungguh tak terkira.....

dan itu bener-bener bisa bikin kita kaget, shok, terkejut, mlongo juga mungkin.....

misalnya sekarang aku g papa.. trus menit berikutnya aku kesandung... Nah, tentunya kaget kan kalo kesandung???? lha iyes.... mesti kaget dan g bakal ngira klo kesandung.... klo dh bisa mengira-ira klo akan kesandung pasti kesandungnya ga jadi deh....
hahahaha......


Bahkan di tengah-tengah rutinitas pun ada kejutan....
kejutan itu bisa berupa kebosanan kita... bisa berupa pemberontakan dari diri yang melawan rutinitas yang membosankan.....

Jdi klo boleh di generalisasikan, segala aksi reaksi yang terjadi di muka jagad ini adalah sebuah kejutan...........

mungkin ada orang yang bisa mengira-ira masa depan... yah.. aku percaya orang yang semacam itu ada... tetapi... ia tetaplah mengira-ira....
Meskipun ia yakin seratus persen telah dibisiki oleh Roh Paling jujur dan ahli membongkar rahasia alam.. orang itu tetap mengira-ira apakah peristiwa itu bakal terjadi atau tidak.....
otak manusia punya banyak sisi dan paradigma.... dan itu bisa berubah semau orang yang memilikinya....


oleh karena itu, sekarang aku makin memahami pepatah kuno ini:

Begini bunyinya...
Yesterday is history
Today is present
and tomorrow is a gift.....


Ya.... tomorrow adalah GIFT... HADIAH,... dan ini hadiah kejutan yang paling mengejutkan


Tiap detik masa depan kita adalah hadiah kejutan


Sooooo...........!!!!!!!

Ready for the gift you received!!!!!!!

Mengenal dan Mengenali

Hari Minggu kemarin aku main ke pantai Kuwaru. Letaknya di sebelah Barat pantai Samas. Awalnya aku ga pengen ikut sih. Selain males, ya aku sendiri capek karna sering bolak-balik Jogja Bantul. Namun, karena ramai dan banyak teman-teman karyawan yang ikut, akhirnya aku ikut juga. Aku pikir, ya, itung-itung menambah keakraban dengan rekan-rekan kerjaku yang baru n refreshing. Mungkin aku butuh refresing juga biar sejenak melupakan kepenatan dan kepeningan kepala. hahahahaha....

Karna capek, selama di pantai, aku hanya duduk dan memandangi luasnya sudut pandang. Menatap lekat pada ombak yang mencumbui pantai dengan liarnya. Sesekali melirik pada gunung-gunung ombak yang terus menantang langit dan ingin menggapai langit di sepanjang cakrawala.

Ahh..... sungguh menyenangkan....
Betapa alam ini sesungguhnya nikmat untuk dipandang berlama-lama. Pokoke g bakal pulang lah kalau temen-temen lain g ngajak n maksa pulang karena kelaparan. hahahaha....

AHHHHH....... tenangnya hatiku... damainya jiwaku....

Setidaknya hari ini aku berhasil mendengarkan salah satu pesan dari alam....

Ketika aku memandang garis-garis pantai dan mencermati jejak-jejak yang terhapus ombak, aku disadarkan satu hal....

Ndezzzzz...... jejakmu di bumi ini mudah sekali punah. Contoh yang paling jelas adalah jejak-jejak manusia di pantai yang begitu mudahnya lenyap tak berbekas. Kecupan-kecupan ombak ke pantai begitu mudahnya melupakan jejak-jejak manusia di atas pasir dan mengembalikan rupa pasir menjadi rata; menggantikannya dengan goresan-goresan garis ombak.

Aku merasa diingatkan bahwa hidup di dunia itu hanya seperti orang yang mampir minum di warung angkringan.
Orang yang mampu mengingat kita adalah orang yang mampu mengenal dan mengenali kita. Ketika orang tidak berminat untuk mengenal dan mengenali, ya, dia seperti ombak yang selalu semena-mena menghapus jejak-jejak kaki manusia di atas pasir. Namun, ketika aku mau dan mampu untuk mengenal dan mengenali, mungkin nasibku seperti kertas yang selalu mengingat mata-mata pena yang pernah menggilas permukaannya; seperti batu yang mengingat goresan-goresan sang pemahatnya dengan tetap mempertahankan rupanya yang sekarang menjadi patung menawan.

Ah... betapa indahnya jika ini bisa terjadi pada setiap manusia di dunia.
Saling mengenal satu sama lain.......mengantongi informasi-informasi tentang orang lain dalam gudang memori jangka panjang.....

Whuhuu.... !!!!!

Anyhow, g semua orang mau dikenali dan ga tiap orang mau untuk mengenal dan mengenali apa, siapa, dan bagaimana hal ikhwal yang ia jumpai dalam hidup.


Spertinya petuah sang alam ini amat berbicara bagiku.
Petuah ini menjadi inspirasi baru sekaligus memperteguh segala tingkah dan keputusanku ketika aku menghadapi teman-teman panitia Inisiasi yang pada dasarnya aku tidak mengenal mereka; seperti batu yang enggan mengenali sang pemahat karena enggan menciptakan komunikasi di antar mereka..... akibatnya ia hanya menjadi batu tak bermakna karena tergerus guliran-guliran waktu....^^

Selasa, 13 Juli 2010

Pujian....

Aku kerap heran kalau bertemu orang yang gila pujian. Ya bukan gila sih... Minimalnya suka bangetlah kalau dipuji....

KALAU AKU PIKIR:
Apa sih yg bikin orang nyaman untuk dipuji?
Apa sih yg bikin orang ketagihan dipuji?

KALAU AKU MERASAKAN:
Dipuji itu membuat aku merasa terdukung.... merasa dibombong... merasa memiliki pengagum... merasa dihargai (mungkin)... merasa diakui (mungkin)... merasa bangga (mungkin)... dan merasa-merasa lainnya yg belum bisa kuklasifikasikan menurut nama-nama perasaan yang ada...

Lebih heran lagi kalau melihat kaum hawa....
Wuidih.... berani kupastikan bahwa 95% dari kaum hawa yang pernah kujumpai dalam hidupku, entah itu kenal dekat atau tidak, pasti akan berbunga2 kalau dipuji. Heran aku... bahkan bisa-bisanya sampai merasa (dan beberapa berani mengklaim) bahwa orang yang memuji dirinya itu bersikap care banget terhadap dia....

Arrggghhh... KOK BISA SIH !!!!)#)#$&)@#*%&#)@$*#%&)#*$&%^

Kalau aku:
ketika dipuji oleh orang lain.... aku malah justru jadi lingsem (apa ya terjemahan bahasa Indonesia dari Lingsem)... Lingsem itu.. dibilang malu juga iya.. malu-malu seneng juga iya... auk ah.. Gelap...
Yang jelas... ketika aku dipuji... pertama ada rasa senang... tapi setelah itu.. aku menjadi orang yang lemah... (LOh kq bisa.. dipuji malah jadi orang yang lemah?????)

Lha iyes...
Setelah aku menerima pujian, lahirlah dalam diriku rasa bahwa aku adalah orang yg paling tahu dalam bidang di mana aku dipuji... misalnya... klo main gitar ya.. maen gitar....

Setelah dipuji.. aku akan merasa malu... misalnya setelah aku melakukan pola improvisasi nada yang belum pernah dimunculkan oleh orang lain... dan aku dipuji setelah itu... pada saat aku main lagi.. aku merasa menjadi orang bodoh... dan mandul...
Rasanya dari dalam.. ada dorongan aku harus memberikan yang lebih spektakuler lagi.....

Untungnya aku menyadari bahwa di balik dorongan itu mungkin ada kerinduan untuk mendapatkan pujian lagi... mungkin ada luka yang pada masa lalu belum terpenuhi yakni pengakuan dari orang lain, sehingga ketika aku dipuji.. aku makin seperti di rongrong untuk memberi yang wah lagi.. karena ketika dipuji, kebutuhanku akan pengakuan dari orang lain terpenuhi.. dan aku ingin-dan ingin lagi karena aku amat haus akan itu....

Ketika aku terfokus untuk berusaha memberikan yang lebih spektakuler... konsentrasiku jadi beralih... bukan lagi pada alat musik dan musik yang kumainkan tetapi sudah terserap oleh keinginan untuk memberikan yang lebih spektakuler...

mungkin bagi orang-orang tertentu keinginan itu bisa berarti positif... maksudnya.. keinginan itu bisa menjadi motivasi orang untuk selalu memberikan yang terbaik untuk orang lain...

Tapi bagiku, keinginan itu malah justru menjadi BOM yang sangat sensitif...
Ketika keinginan itu tersentuh.... maka meledaklah diriku hingga berkeping-keping..... dan sketika itu juga aku seperti kendi yg tak berisi....

Ketika menyadari itu.. aku lebih cenderung menghindari pujian...
Namun kecenderungan itu lama-lama bisa kukendalikan juga.. jadi imbas dari pujian-pujian yang kuterima tidak begitu besar....

Selasa, 06 Juli 2010

Waton Ngecap

Ketika mendengar anak-anak kecil menyanyikan lagu tentan6g cinta, aku merasa risi. Kayaknya enggak pantes banget deh. Belum saatnya. Agaknya bukan aku saja yang merasa demikian (ah, kalimat paling terakhir ini skedar cari pembenaran saja ^_^).Setidaknya, aku teringat pas jaman SD dulu. Kami gemar sekali menyanyikan lagunya "Stinky" atau Nike Ardila, atau lagu-lagu cinta lain yang sedang booming. Kayaknya dulu rasanya seneng banget bisa nyanyi lagu-lagu itu.... Rasanya bangga jadi orang yang selalu up to date... hehehehhee.... ^_^Bagiku kesan enggak ketinggalan zaman ini yang penting. Soalnya, q dulu g punya TV. Dan baru punya TV setelah klas 2 SMP. Mungkin kesenangan yang kurasakan dan kebanggaan itu juga sama dengan apa yang dirasakan oleh anak-anak kecil yang kujumpai (atau malah sudah lebih wah dan beda q jg g tw). Rasa itu seperti diberi kaldu ketika aku mengalami jatuh cinta. Sebenrarnya q g tw apa itu jatuh cinta yang sebenarnya atau enggak. yang ku tahu dan kusadadri adalah bahwa itu adalah cinta pertama dan bekasnya tak terhapus skalipun ribuan kali aku mencoba melupakan. Mungkin juga butuh jutaan kali agar benar-benar lupa. Tp, agaknya, emang enggak bisa lupa ding... Hehehehehe ^_^... Sumprit.. sampai sekarang g lupa...Aku waktu itu juga mulai nge-fans lagu-lagunya Sheila On 7 dan Java jive (Sisa semalam...)
AAAAAAAaaaarrrrggghhhh......!!!!!! Jadi lingsem aku kalo inget itu...
Begitu aku dah gede (saat ini), aku merasakan rasa risih yang mungkin dirasakan orang lain pas nyanyiin lagu-lagu itu. Hehehe.....^_^
Ow..... begini to rasanya. (sayangnya... rasa itu sulit disimbolkan dengan huruf-huruf sperti ini....)
Syukurlah aku boleh menyadari ini....
Menjadi dewasa ternyata adalah mengetahui apa yang baik-apa yang buruk; mengetahui mana yang pantas-mana yang tidak. Sebenarnya, dari mana sich semua itu? Apa ukuran2nya? Siapa saja yang membentuknya sehingga menjadi tata nilai dalam masyarakat?Yang jelas, semuanya itu adalah hasil rekayasa, konstruksi yang sengaja dibuat demi tujuan-tujuan tertentu; termasuk ukuran baik-buruk atau benar-tidaknya sesuatu. Semuanya itu demi tercapainya apa yang oleh bahasa disebut sebagai kebahagiaan bagi semua. Alias Bonum Commune.
Dan, hehehhee..... Klo mw mengakui, konsep bonum commune dan segala sesuatu demi bonum commune adalah hasil rekayasa juga... Rekayasa maksudnya adalah konsep itu sengaja dibentuk dan diberi definisi sehingga bisa berlaku bagi dan secara universal.
Sebenarnya, kalo mau, hidup itu sederhana saja. Hidup ya hidup. Tata nilai dan ttek bengeknya adalah hasil rekonstruksi. Karena ada akl budi dan kemauan (kehendak bebas) konstruksi itu ada.
Mungkin juga kalo manusia ga punya akal budi, bumi jg ga bakalan rusak. Hahahahahhaa..... ^_^

Celoteh 24 Mei 2009

Taat Aturan???

Ada temanku yang pernah bilang bahwa anjing di Asrama tuh biasanya bodoh-bodoh. Penyebabnya adalah di satu sisi ia disayang-sayang sedang di sisi lain ia dikerasi. Dan sepertinya, itu bisa jadi analog dengan kehidupan para anggota asrama. Mungkin juga semua orang.Tiap oran gmemang selalu dihadapkan pada orang-orang yang pro juga yang kontra dengan dirinya. Memang sperti itulah hidup dalam korelasi dengan orang lain.aku disadarkan dan makin diteguhkan bahwa menjadi diri sendiri adalah hal yang penting. Lalu, yang kedua adalah aku harus bisa memainkan permainan kehidupan ini dengan segala aturan yang berlaku.Aturan memang dibentuk demi membangun bonum commune (kebaikan bersama). Namun, itu tidak berarti bahwa aku harus tunduk dan menyerah begitu saja dengan aturan-aturan. Aturan harus dilaksanakan demi bonum commune. Bukan hanya demi aturan itu telah ditunaikan atau belum

Celoteh 5 April 2009 Jam 07.20

Terasing

aku tak mengerti apa nama dari perasaan yang kurasakan malam ini. kalau aku dipaksa mengungkapkan, maksimalnya, akan mendeskripsikannya sebagai berikut: sedikit heran, penasaran sejumput, 3 sendok teh penasaran, 5 butir penuh tanya, sisanya 30 keping rasang terasing.ya. Rasa terasing memang mendominasi. Rasanya seperti Tuhan sudah tidak mempedulikan diriku. Apa mungkin ini karena keputusanku? Atau mungkin ini hanya perasaan dari persepsi negatif?Seandainya aku memandang dari sisi positif, aku mearsa Tuhansedang tidak banyak bicara padaku karena Ia menantikan aku untuk berbicara dan mengunkapkan segalanya. Ia sedikit memberi ruang bebas pada anaknya yang keras kepala ini untuk menjajal dunia baru (yang baru saja diputuskan untu dijalani) dengan leluasa. Mungkin ia bertindak demikian agar aku tidak memendam segala gelisah gundah yang sedang kurasakan....Mungkin... Sekali lagi ini mungkin.... Nyatanya aku tetap tak bisa memastikan apakah memang ini yang benar-benar menjadi kehendakNya. Setidaknya,aku merasa tenang sekarang. All things must be fine during I believe in Him/ Her.Kemampuanku hanya sebatas mengira-ira dan menafsirakan segala pengalaman yang kuhadapi. Aku hanya bisa mengoleksinya sebagai kekayaan narasi beasr tentang hidupku. Di antara akumulasi kisah-kisah itu, termasuk yang terakhir tadi, aku masih bisa dan mampu menemukan tilas-tilas cinta-Nya.

Kerep, Ambarawa2 Juli 2010
Ndes Zedeng ^_^

Menyenangkan orang lain

Tiap orang selalu melakukan apa yang dianggapnya benar. Dan selalu saja ada kecenderungan dari manusia untuk membagikan apa yang ia yakini. Itu bisa termanifestasi dalam rupa nasehat-nasehat, petuah, wejangan, kekecewaaan karena orang lain tidak mewujudkan apa yang ia inginkan, lalu, konflik karena perbedaan pendapat. atau tafsiran.Oleh karena itu, tiap orang enggak bisa menyenangkan orang lain. pernyataan ini membawa konsekuensi, aku tidak akan disenangi oleh orang lain.Jika demikian, apakah boleh dikatakan bahwa kesenangan dalam diri sendiri itu ditemukan dalam relasi/ korelasi antara orang-orang yang memiliki nuansa keselarasan dan harmoni?Di mana letak kebahagiaan jika bertolak dari situ?

Celoteh 17 November 2009

Memaafkan

Seandainya saja memaafkan itu semudah meniup lilin yang menyala. Seandainya saja memadamkan prahara itu semudah memadamkan api lilin. Seandainya saja perkara, persoalan, permasalahan kekecewaan, kebencian hanya sebuah nyala api lilin yang menyengat kulit yang bisa dengan mudah hilang panas apinya dengan sekali tiup.Seandainya saja realita seperti apa yang kuandaikan itu nyata, pasti segalanya lebih mudah. tidak akan ada banyak bekas luka yang tertilas di atas kulit-kulit hati dan kehidupan. tidak akan ada kelanjutan dari rantai dendam dan amarah. Tidak akan ada sakit hati dan kekecewaan yang berani singgah di antara ruang-ruang yang tersisa di hati. Dan, tentunya, ruang-ruang itu dapat diisi dengan kebahagiaan; bukan sekedar rasa senang belaka.

Penting Sari, 3 Juli 2010

Keputusanku, Hidupku (1)

Hidup manusia selalu ada dalam jaringan kehidupan. Jaringan itu tercipta secara otomatis sejak kita lahir. Jadi, pertama-tama, manusia adalah makhluk sosial. Sisi individualnya baru akan nampak ketika manusia mampu mencukupi kebutuhannya sendiri. Mau usia berapanya, itu tergantung dari perkembangan masing-masing personal.Mencukupi kebutuhan sendiri? Kapan itu waktunya? Apa makna individual sebenarnya? Benarkah manusia itu makhluk individual?
Au ah.. Gelap....
Aku lebih suka demikian.....
Biarlah hidup ini berjalan sesuai dengan segala dorongan yang mun cul pada diri. Print Out hidup kita itu tergantung bagaimana kita mengatur dan mengelola dorongan-dorongan itu....Hidup ku tidak semata-mata tergantun g pada orang lain/ pengaruh orang lain. Namun, Hidupku tergantung pada keputusan-keputusanku untuk menerima atau menolak pengaruh-pengaruh itu.

Celoteh 17 November 2009

Andai....

Seandainya aku mampu melepaskan segala ikatan dari tubuh ini.... Dengan kecepatan fajar, aku ingin berlari dan terbang menembus segala sesuatu... Menjelma menjadi senyum di bibir orang-orang yang murung... mengambil cahaya mentrai fajar dan meletakkannya di mata orang kurang harapan.....

Celoteh 12 Juni 2009

Minggu, 27 Juni 2010

Learning To Be Humble

Rasanya, tiap berganti masa, aku semakin apatis terhadap fenomena kehidupan beragama yang terjadi di Indonesia:
-. Ngakunya orang beragama tapi malah bertengkar satu sama lain.
-. Ngakunya orang beragama tapi malah saling menghancurkan kehidupan orang lain yang konon katanya demi membela Tuhan yang diimani.
-. Ngakunya orang beragama tapi malah berani mengklaim bahwa Tuhan yang diimaninyalah yang paling benar.
-. Ngakunya orang beragama tapi malah menjelek-jelekkan agama lain yang yang katanya memiliki Tuhan yang satu dan sama.
-. Ngakunya orang beragama tapi.. bla.. bla.. bla.... dengan segala fucking, bullshit, and ass-hole yang terus membombong kesombongan manusia.

Beginikah fenomena yang semestinya terjadi dalam kehidupan beragama dan antar umat beragama?

WHATEVER TO YOU ALL!!! THOSE ALL ARE YOUR CHOISE.
I just wanna say that WE ARE ONLY SUPER DUPER MICRO CREATURES AMONG THE UNIVERSE.....

we really never know what we claim as a truth.
That truth is just a very tiny piece of the real truth. Or, at least, it's just what you are thinking about truth. Not the real truth....

Contohnya: apa yang kukatakan di atas mungkin kuyakini sebagai kebenaran menurut apa yang kupikirkan.... tetapi itu bukanlah kebenaran yang sesungguhnya.....
Mungkin suatu saat nanti aku akan menyangkal apa yang sekarang kukatakan karena pikiran manusia selalu dipengaruhi situasi, kondisi, toleransi, pandangan, dan jangkauan yang dialami manusia dalam kehidupannya (SiKonTol PanJang)...
Sedangkan, kebenaran yang sesungguhnya, menurutku, tidak tergantung pada SiKonTol PanJang itu....
kebenaran yang real itu murni, hakiki, dan tidak tergantung oleh apapun...

Because of that...
As a human being (creature of God).... Just be humble and always learning to be humble....
Remember tha we are just a creature.... our mind is so limited...
^_^

Caio.. Ndes Zedeng....

Selasa, 08 Juni 2010

(Mungkin) Cara Terbaik untuk Hidup

7 tahun yang lalu.... seseorang menanyaiku tentang apa motivasi internal/ terdalam ku dalam menjalani hidup yang telah coba kutekuni selama 7 tahun ini... dan jawaban paling baik yang bisa kuberikan hingga saat ini adalah aku tak tahu....

5 tahun yang lalu... orang yang sama menawariku sebuah pertanyaan baru tentang apa tujuan hidupku... dan jawaban yang paling baik yang bisa kuberikan hingga saat ini adalah aku tak tahu....

seandainya 5 tahun lalu orang itu menanyakan tentang apa yang selalu menjadi spirit dalam hidupmu, aku akan menjawab dengan lantang.....BE THE WIND BENEATH THE OTHERS WING....

seandainya 7 tahun lalu orang itu menanyakan apa yang ingin kuraih dalam hidup, aku mulai saat ini berani mengungkapkan bahwa aku cinta dunia musik dan cinta dunia ke tiga, dunia maya dan digital.....

kebanyakan, orang akan selalu menghubungkan dengan Tuhan bila mereka mulai berbicara tentang apa tujuan hidup mereka, alasan segala sesuatu diciptakan, dan segala bla..bla..bla lainnya.

aku sudah jenuh dengan segala pertanyaan itu. aku lelah...
mungkin kau boleh bilang aku orang yang tidak sabaran... ya... memang demikian adanya diriku.....
mungkin kau boleh bilang aku orang yg ingin segala sesuatunya terjawab dengan jelas.... ya... memang demikian adanya diriku....

agar menjadi adil, tentunya aku boleh bilang bahwa semakin aku mencoba mengenal siapa pemrakarsa hidupku, semakin aku menyadari bahwa diriku hanyalah sebuah mangkok kecap yang tidak bisa menampung seluruh pengetahuan tentang dia yang memprakarsa diriku... Dia yang menganggit dan menghendaki diriku untuk hidup di dunia....

secara manusiawi aku lelah mencarinya....
bagiku... percaya bahwa Dia itu ada sudah cukup...
berhasil mengikuti segala yang Dia ajarkan padaku saja itu sudah melebihi belajar untuk menjadi seorang insinyur....

mulai saat ini, pukul 05.40 pagi ini, aku memutuskan untuk mengejar impian-impian yang sempat terabaikan 7 tahun lalu.... karena dulu menjalani jalan hidup yang berbeda.....

Seandainya aku mati nanti, aku lebih baik mati sebagai diri sendiri....
aku tidak ingin mati sebagai orang bentukan agamaku, aku tidak ingin mati sebagai orang bentukan orang tuaku, aku tidak ingin mati sebagai orang bentukan saudara dan teman-temanku,

seandainya mati nanti aku ingin dikenang sebagai diriku sendiri.... mati sebagai orang yang hidup dengan keputusan yang kubuat sendiri....

spertinya itulah cara terbaik untuk mempertanggungjawabkan hidupku pada sang pemrakarsa diriku...

mungkin kau boleh bilang aku bodoh, dungu, tolol, dan segala istilah lain yg berbau itu karena aku tak mengerti dan tak menangkap apa yang dikehendaki oleh insinyur hidupku...

mungkin pula orang-orang boleh bilang aku pemberontak, keras kepala, orang dibawah standart setelah mereka melihat bahwa kehidupanku tidak bisa memenuhi kriteria kehidupan yang standart menurut diri mereka dan menurut system di mana aku hidup....

Namun, aku akan bangga dan bahagia bila aku mendapati hidupku senantiasa memperjuangkan apa yang kuyakini sebagai kebenaran yang baik untuk diriku dan untuk orang lain dengan segala kekhasan PRIBADI KU.

Mungkin suatu saat nanti, apa yang kuomongkan ini keliru... tetapi setidaknya saat ini aku aku BUTUH untuk memperjuangkannya karena inilah kebenaran yang saat ini kuyakini sebagai bagian dari hidupku.....

Kamis, 29 April 2010

Percaya

Pernah ada dua sessi dalam kehidupanku di mana aku mengalami kehilangan kepercayaan. Kepercayaan yang kumaksudkan di sini adalah bukan kepercayaan dalam hubungannya dengan agama, maupun kepercayaan dalam kaitannya dengan kepercayaan diri. Kepercayaan itu adalah kepercayaan kepada orang lain. Lebih detail lagi kepercayaan kepada orang-orang yang kuanggap bisa kupecayai.
Sessi yang pertama adalah sepotong plot kehidupanku ketika aku kelas 6 SD. Waktu itu aku punya seorang sahabat yang amat kupercayai. Aku mempercayakan segala rahasiaku kepadanya. Benar-benar segala rahasia. Karena kepercayaan itu, persahabatan kami menjadi begitu lekat. Terlebih, persahabatan kami di mulai ketika kami kelas 4 SD. Kedekatan kami ibarat ungkapan “di mana ada dia, di situ juga ada aku”. Sungguh merupakan plot yang membahagiakan sebelum aku digempur oleh luka batin itu. Ya. Karena salah satu tingkahnya, pancang-pancang yang menopang bangunan kepercayaanku terlepas dari ikatannya. Karena penghianatannya, gedung kepercayaanku luruh bergemuruh hingga rangkanya pun turut melesak ke dalam tanah dan membuat lukaku semakin dalam dan sukar disembuhkan. Kawan, kau tahu apa tingkahnya?????
Dia membeberkan semua rahasiaku kepada teman-temanku. Bukan hanya teman-teman seangkatan, tetapi adik kelas pun juga tahu.
Kau tahu kawan? Sejak saat itulah aku menjadi orang yang tidak mudah percaya kepada orang lain. Bahkan aku mendeklarasikan bahwa aku tidak akan pernah percaya lagi sepenuhnya pada siapapun. Aku berubah menjadi orang yang tidak banyak cerita. Menjadi orang yang selalu mencari sendiri solusi-solusi untuk masalahku. Sejak itu pula, aku mulai melatih diriku menjadi seorang single fighter: Membangun sebuah ruang besar di hatiku untuk menampung permasalahan kehidupanku; membuat topeng wajah yang lebih lucu dan ceria daripada badut Ancol; mengoleksi langkah-langkah strategis dengan memahami kehidupan demi sebuah solusi atas masalah-masalahku. Selama aku melakukan itu semua, alam bawah sadarku juga memperteguh kerinduanku untuk memperoleh seorang atau beberapa sahabat yang benar-benar bisa dipercaya.
Dalam plot lain lagi, jauh sesudah plot itu, aku berhasil memaafkan dia dan menerima diri. Ya. Penerimaan atas luka dan pengalaman itu, sedikit mengobati lukaku. Meski begitu, luka tetaplah luka. Ia tetap memiliki bekas hingga hatiku diganti oleh hati yang baru. Namun, kapan hati yang baru itu datang? Probabilitas terbesar untuk pertanyaan itu adalah saat aku reinkarnasi nanti. Artinya, selama aku hidup di dunia, bekas itu tetap ada.
Aku bisa menerima bahwa aku harus mulai dari awal lagi untuk membangun ruang kepercayaan di hatiku. Nanti, akan kuceritakan kenapa aku harus menerima.
Plot yang kedua adalah plot seputar bulan Maret-April ini. Belum aku selesai membangun ruangan itu, aku mengalami hal yang sama. Sialnya, itu juga dilakukan oleh sahabatku sendiri yang kupercaya dapat menjaga dan melidungi kotak mutiaraku.
Dari dua plot itu, aku jadi bertanya, apakah aku boleh menyebut diriku sebagai keledai (karena keledai sering jatuh pada lubang yang sama)?
Dua plot itu membuatku benar-benar merasa terancam. Maksudnya, aku terancam akan kehilangan salah satu mutiara hidupku, yaitu kepercayaan kepada orang lain (dalam kaitannya dengan rahasia). Atau bahkan malah dua mutiara. Yang pertama adalah kepercayaan itu tadi, yang kedua adalah tentang membangun persahabatan yang solid.
……………………….
Dari dua plot itu, aku belajar bahwa tidak ada orang yang bisa dipercaya seratus persen. Mungkin lebih tepatnya bila aku mengatakan bahwa aku belum bisa menemukan orang di dunia ini yang bisa kupercayai seratus persen. Sekali lagi, belum pernah.

Hal kedua yang bisa kupelajari adalah sebelum aku membagikan rahasiaku kepada orang lain, aku semestinya mempersiapkan diri kalau-kalau orang lain itu tiba-tiba menjadi ember yang usang, alias bocor.

Bagiku kepercayaan adalah salah satu hal yang amat berharga di kehidupan. Karena kepercayaan orang memiliki akses untuk ke mana saja. Karena kepercayaan, sebuah relasi yang indah akan langgeng. Dan berkat sebuah kepercayaan, seseorang bisa membatalkan niatnya untuk bunuh diri karena ia menemukan satu titik cahaya dalam kehidupannya, cahaya kecil yang membantunya untuk menyalakan kembali obor-obor kehidupannya.

Penantian

Sehelai lembayung senja sudah terkulai
Merebahkan kepala di paha cakrawala
Menyaksikan bintang-bintang di antara sulur-sulur malam
Yang sedang menggelar pasar malamnya.

Bayanganku semakin panjang.
Kegundahanku kian mengejang.
Kehendakku terus mengerang.
Kapan kepastian datang?

Sepi seolah sendiri.
Sunyi seakan tak berbunyi.
Kosong seolah kompong.

Kuharap kau tahu.
Aku lelah mencari.

Berhentilah kau begitu!
Aku tetap tak mengerti!

Waktu kita segera tuntas.
Pagi pun hendak meretas.

Keputusanku tegas:
Aku ingin lepas.

Bila kau tak merelakan,
Berikan sebuah alasan untuk bertahan.
Sebelum hanya kenangan
Tersisa di ujung penantian.

Kentungan, 11 Februari 2010
Ketika aku bergulat dalam pertaruhanku.

Selasa, 20 April 2010

Sumber Pengetahuan yang Melatari Iman

Manusia dilahirkan dengan tanpa pengetahuan. Segala yang nantinya ia ketahui didapat melalui indra-indra yang dipercayai oleh orang-orang beriman sebagai anugerah dari Tuhan. Kelima indera itu mengakibatkan manusia akhirnya memiliki daya yang kerap dikenal dengan daya cipta, rasa, dan karsa. Daya-daya itulah yang memungkinkan manusia untuk menyumbangkan sesuatu bagi dunia.

Sumber pengetahuan yang diperoleh manusia untuk menghasilkan sesuatu diperoleh dari mana? Sumber pengetahuan diperoleh dari segala sesuatu di dalam kehidupan manusia yang kemudian ditangkap oleh kelima indra tadi. Karena sifatnya ditangkap, maka pengetahuan yang diperoleh manusia itu harus diinterpretasikan dengan akal budinya. Setelah diinterpretasikan, baru pengetahuan yang ditangkap itu menjadi pengetahuan bagi manusia tersebut. Dengan demikan, secara sederhana, dapat dimengerti bahwa ada dua jenis pengetahuan. Yang pertama adalah pengetahuan yang berasal dari segala sesuatu yang dijumpai manusia dalam kehidupannya (belum diinterpretasikan). Yang kedua adalah pengetahuan yang merupakan hasil interpretasi manusia melalui kemampuan-kemampuan yang dimiliki manusia.

Sama halnya dengan agama. Pengetahuan seseorang tentang suatu agama juga terdiri dari dua jenis. Yang pertama adalah pengetahuan yang diyakini merupakan pewahyuan dari yang Ilahi kepada manusia. Yang kedua adalah pengetahuan yang merupakan hasil interpretasi manusia atas pewahyuan itu.

Bertolak dari filsafat Aristoteles yang menawarkan tentang konsep “Sang Pengada Pertama”, yang sekarang kita sebut sebagai Allah, maka kita bisa membedakan cirri khas masing-masing sumber pengetahuan tersebut.

Wahyu

Hasil Interpretasi

1. Berasal langsung dari yang Ilahi.

2. Hanya diturunkan pada orang-orang tertentu.

3. Masih kaya makna.

4. Dianggap memiliki otoritas yang lebih tinggi.

5. Ditangkap dan dipahami dengan akal.

1. Merupakan hasil dari interpretasi atas wahyu.

2. Bisa didapatkan oleh siapa saja yang berkehendak untuk menginterpretasikannya.

3. Maknanya terbatas pada orang yang menginterpretasikannya. Hasil tafsirannya juga tergantung pada siapa yang menafsirkan, apa sejarah hidupnya, dan apa yang diinginkannya dengan menafsirkan pewahyuan itu.

4. Otoritasnya lebih rendah karena berasal dari manusia yang nota bene diyakini sebagai ciptaan yang Ilahi (Allah)

5. Ditangkap dan dipahami dengan akal budi.

6. Butuh latihan dan iman agar hasil interpretasi atas pewahyuan itu mendukung apa yang diyakini. Seorang yang tidak punya iman pun juga bisa menginterpretasikan, tapi tentunya akan menghasilkan pengetahuan yang berbeda.

Dari perincian sifat-sifat dua sumber pengetahuan itu, tampak bahwa pengetahuan manusia tentang suatu agama tertentu atau agama yang diyakininya amatlah terbatas. Yang lebih mendasar lagi adalah bahwa pengetahuan-pengetahuan yang memiliki cara-cara yang khas untuk mendapatkannya itu, sesungguhnya berasal dari satu. Menurut orang-orang beriman, mereka menyebutnya sebagai Allah.

Jika memang setiap agama memiliki sumber-sumber pengetahuan tentang agamanya seperti pola di atas, maka bolehlah kita meminjam filsafat Aristoteles sebagai kacamata pandangnya. Jika setiap agama meyakini dalam diri mereka masing-masing bahwa setiap agama dari mereka memiliki pewahyuannya masing-masing, menurut Aristoteles, pasti ada penyebab sebelumnya yang meng-ada-kan pengetahuan itu. Jika ditelusuri terus menerus, maka akan sampailah pada sesuatu yang disebut sebagai causa prima (penyebab pertama yang tidak disebabkan oleh sebab lain).

Dari logika sederhana ini saja, tentunya kita boleh mengerti bahwa tidak semestinya manusia meyakini bahwa apa yang diterimanya atau apa yang telah diwahyukan kepadanya adalah paling benar. Sekalipun tiap manusia tetap bersikap dan menyakini bahwa agamanya adalah paling benar, faktanya tetap ada kelompok lain yang juga meyakini hal yang sama. Ketika seorang manusia meyakini agamanya yang paling benar, manusia lain yang meyakini bahwa agamanya juga paling benar tidak langsung musnah atau mati dengan sendirinya oleh karena ada agama yang lebih benar yang diyakini oleh orang pertama itu. Dengan begitu, berarti ada dua agama yang paling benar.Jika ada 2 hal yang paling benar, berarti ketika itu dinyatakan sebenarnya tidak ada salah satu dari mereka yang paling benar. Dan sesuatu yang benar itu juga merupakan ungkapan dari manusia yang berbeda dimana ungkapan itu merupakan produk dari akal budi yang dimiliki tiap manusia dengan kekhasannya masing-masing.

Bila sudah sampai pada tahap ini, perlu ditanyakan kembali, darimana pengetahuan tentang itu didapat; apakah dari sumber yang pertama atau dari sumber yang kedua.

Sabtu, 20 Februari 2010

Hujan



Hujan


Ribuan malaikat terbang bebas ke bumi
.
Membawa kabar suka cita pada dunia.
Raganya mungil...
jernih seakan tak kasat mata

Aura damainya terbias bebas
Nafasnya yang khas disampaikan bayu beberapa saat lalu.

Kini gersang mulai cemas.
Mungkin sebentar lagi akan tersedu.
Meratapi diri bahwa harus segera berkemas
Menyusul panas yang lebih dulu berlalu.

Satu per satu malaikat mendarat.
Isinya terlepas membuat tempias.
Tersesap lesap dalam pori-pori dunia.
Memperkenalkan nama "basah" pada pijakannya.

Kemudian, Sang tanah terkesiap.
"Siapakah gerangan yang tahu kerinduanku?" katanya.
"Bukankah aku tak pernah berbicara pada siapapun?
Mungkin ia tahu dari ragaku yang sudah pecah tak karuan.
Ah, biarlah....
Kukirimkan saja rasa terima kasihku."

Dan gelembung-gelembung pun mulai bermunculan di atas genangan air.

Seekor katak berteriak:
"Oiii... Bro... Kita banyak-banyakan memecahkan gelembung, yuk!
Bukankah kita rindu pada saat-saat seperti ini?!"
Mereka pun mulai kegirangan.
Melampiaskan segenap hasrat yang lama terpendam.
Sekali sentuhan mereka, air genangan memercik basah pada tubuh-tubuh hijau.

Air???
Ya.... Air....
Manusia menyebut kabar suka cita itu sebagai air.
Anak-anak manusia suka bermain air.

Ya....
Entah sudah berapa tahun aku melupakan sebutan itu.

Air....
Air....
Air....

Gumamanku terus berlanjut...
hingga kekacauan rupa tanah mulai mengingat kembali istilah "becek"


Bejen, 20 Februari 2010.
Ndezzz.


...sejumlah kata ini kudedikasikan kepada tanah-tanah yang kerap rindu akan setetes hujan...

Rabu, 10 Februari 2010

Solilokui tentang Lampu Taman



Wahai manusia, di atas pagar bata ini aku telah terbaring lama. Melampaui ratusan ribu detik, aku duduk di kasur hitamku ini. Menikmati waktu tanpa melewatkan satu pun saat-saat matahari lelah bertengger di puncak langit.
Di samping kiriku, ada pohon flamboyan. Daun-daunnya menudungiku dari matahari... Betapa baiknya dia... Dengan kelebihannya, dia tidak menghancurkanku yang mudah pecah ini. Batangnya memang cukup besar, seolah mengancam akan menjatuhi diriku. Namun, dengan percaya diri ia berkata... "Tenang kawan, sekalipun aku tumbuh di pinggir tebing ini, akarku dan tanah ini masih saling berpegangan erat. Aku juga yakin tanah ini tidak akan menghianatiku sehingga melepaskan pegangan tangannya." Aku pun percaya pada makluhk hidup maha besar ini.

Wahai manusia, aku adalah benda mati. aku tak pandai menghitung bahkan angka pun tak kenal. Entah telah berapa waktu lamanya aku bertengger di sini. Menemani dan menerangi sekitarku. Memikat serangga-serangga kecil untuk bermain menghibur-ku ketika kalian terlelap di malam hari.

Singgah di alam luar memang menyenangkan. Aku menjadi saksi bisu akan bunga sedap malam yang mekar. Menatap purnama hingga pagi menjelang. Sampai-sampai aku lupa berapa meter debu yang terus mempertebal tubuhku.

Aku kerap berkhyalal suatu saat aku bisa ngomong dengan kalian. Seandainya bisa, aku memohon dengan segala kerendahan hatiku agar kalian mau membersihkan debuku. Mungkin bagi kalian aku adalah barang sepele. Mungkin bagi kalian, aku sudah bisa menyala kalian sudah tidak kelabakan lagi. Namun, bukankah kalian akan lebih senang bila menyaksikan taman ini lebih terang.

Sekurang-kurangnya aku bisa selalu bersyukur. setidaknya tiap tetes hujan mampu mengurangi debu-debu yang singgah di atas tubuhku.

Tak kuhitung aku berdiam di atas pagar ini. Atau berapa senja lagi yang telah kusaksikan. Yang jelas, dingin dan panas dunia membuat aku makin renta dan kenyang usia.

Tapi, aku tak peduli itu!!!

Yang terus kuperjuangkan adalah bagaimana aku terus memberi terang bagi sekitarku.

Mungkin.... Usiaku tinggal besok, lusa, atau masih lama lagi. Akan tetapi bial aku mati nanti, aku akan mati dengan bahagia karna tanggungjawabku telah terpenuhi. Yaitu: memberi terang bagi sekitar agar keindahan masing-masing sekitarku menjadi kentara ketika matahari sudah lelah meraja.

Seniman, Karya Seni, dan Penikmat Seni

Dalam imanku, aku terlahir ke dunia karena diutus oleh Allah. Allah memiliki sebuah rencana bagi dunia dan Ia memilihku untuk menunaikan salah satu rencana-Nya. Ini bukan hanya berlaku untukku saja, melainkan berlaku bagi setiap orang dan setiap ciptaan yang ada di dunia.Ia menciptakan aku sebagai karya tangan-Nya. Karna Allah suka akan kebaikan, barangkali tiap ciptaan diciptakan untuk menambah indahnya dunia.

Seorang seniman tidak menciptakan karyanya untuk menambah keburukan dan ketidakharmonisan dunia. Seorang seniman menyampaikan isi hatinya, pesannya, ungkapan dirinya melalui karya-karyanya. Tiap karya yang diciptakan adalah magnet dengan daya tariknya masing-masing yang menarik hati orang lain untuk mengatakan sesuatu tentang keindahan; menafsirkan sesuatu tentang maksud dari lukisan itu; meraba-raba isi hati Sang Seniman melalui goresan-goresannya. Akhirnya, Sang Penikmat Seni itu sampai pada tahap mencoba mengenali karakter senimannya melalui karya-karyanya itu. Kemudian, sang penikmat seni melontarkan pujian, komentar, dan tanggapan kepada Sang Seniman.
Sayangnya, akal budi Sang Penikmat Seni terlalu terbatas untuk mengerti nilai, makna, serta maksud di balik karya-karya seni Sang Seniman. Ada kemungkinan tafsiran Sang Penikmat Seni hampir sama dengan maksud Sang Seniman sebenarnya. Ada pula penafsiran Sang Penikmat Seni yang jauh melenceng dari maksud Sang Seniman. Oleh karena itu, sebuah karya seni menjadi ‘makhluk’ tersendiri yang bisa ‘berbicara’ tergantung dari perspektif Sang Penikmat Seni. Karya seni menjadi dunia ke 3 yang sungguh menambah misteri semesta. Kalau mau tau maksud sebenarnya, langsung tanyakan saja kepada Sang Seniman pembuat karya itu. Ironisnya lagi, Sang Penikmat Seni kurang memiliki waktu atau kesulitan untuk berhubungan langsung dengan Sang Seniman. Bahkan ketika berjumpa dengan Sang Seniman pun, penafsiran Sang Penikmat Seni atas kata-kata yang diungkapkan Sang Seniman berbeda-beda pula. Dengan begitu, kata-kata itu merupakan misteri baru, ‘makhluk’ baru yang bisa ‘ngomong’ sesuai dengan penafsiran Sang Penikmat Seni yang mendengarkan.

Benar-benar kompleks kehidupan ini!

Dunia di mana kita tinggal, tidak hanya berisi Sang Seniman dan Sang Penikmat Seni. Ada pula ciptaan yang enggan menjadi Penikmat Seni. Ia benar-benar acuh tak acuh terhadap karya-karya Sang Seniman. Jika sudah demikian, berapa banyak misteri yang ada di dunia ini?
Kawan, seandainya Sang Seniman itu adalah Allah (bagi orang yang percaya bahwa Allah itu ada), dan Sang Penikmat Seni atau Sang Bukan Penikmat Seni adalah kita, What’s then?
Kawan, sebenarnya ini bukan kategori solilokui sih.. wong yg ngomong aku....
yah... anggap aja ini sebuah testimoni tentang siapa saja yang kubicarakan di sini...

Seandainya, aku masih boleh berceloteh, aku akan berkomentar demikian:
Allah adalah Sang Seniman Agung atas jagad raya ini. Aku dan segala yang ada di jaga raya ini adalah karya seni-Nya. Kepada karya-Nya, manusia, Ia menambahkan akal budi dan kehendak bebas sebagai hiasan yang khas atas salah satu karya tangan-Nya ini. Aksesori inilah yang memampukan manusia untuk menjadi sebuah karya seni sekaligus Penikmat seni sekaligus Seniman-seniman Kecil Duniawi yang menjadi perpanjangan tangan-Nya untuk kelangsungan kreasi-kreasi-Nya di dunia. Maka, bolehlah manusia itu disebut Creator and creature in time. Sedangkan, Allah, bagi orang-orang yang mempercayai paham ke-Allah-an, pantas mendapat julukan The Greatest Creator of All Creatures.

Maka, ukuran kita/ aku melakukan kehendak Allah atau tidak melakukan kehendak Allah diukur dari seberapa besar keterlibatanku untuk menjadi perpanjangan tangan-Nya di dunia yang selalu mencipta hanya demi keindahan dunia. Mungkin benar dan memang benar bahwa tiap manusia memiliki batasan-batasan karena manusia hanya sebatas creature. Dan karena keterlibatan itu, aku, manusia, kerap tidak mengerti mana yang merupakan kehendak Allah atau bukan. Tiap ajaran agama memiliki patokan-patokan dan rumusannya sendiri tentang batasan-batasan mana yang disebut kehendak Allah dan mana yang bukan. Namun mulai sekarang yang kupercayai sebagai kehendak Allah adalah demikian: sejauh hasil dari karyaku di dunia semakin menambah keindahan dan harmoni dalam dunia dan bukan kekacauan yang kuhasilkan, berarti itulah kehendak Allah.

Seandainya, aku diserang oleh orang-orang yang tidak percaya akan Allah, aku masih tetap memiliki satu keuntungan, yaitu: aku tetap terlibat menambah keindahan dan harmoni dunia. Seandainya, Allah memang benar-benar ada, aku mendapat 2 keuntungan: yang pertama adalah aku telah menambah keindahan dan harmoni dunia, dan aku bangga karna menjadi ciptaan yang boleh ikut bersama-sama mencipta dengan Sang Seniman pembuat diriku (Creature and creator in time)

Kamis, 28 Januari 2010

Antara Bunga dan Rumput

Rumput di taman tidak akan pernah menginginkan menjadi bunga yang berwarna-warni. Mungkin itu benar, sangkaku, karna aku sendiri tidak mengerti bahasa rumput seandainya ia bisa berbicara. Yang kupahami, ia merasa cukup untuk menjadi rumput yang mewarnai taman dengan hijaunya. Menebarkan wangi terapi khas rumput basah.
Demikian juga bunga. Meski dipandang sebagai karya ciptaan yang rupawan, ia tetap menyisakan celah agar rumput bisa bernapas. Menikmati hangatnya mentari yang membantu mereka untuk tetap hidup.
Bunga dan rumput, semuanya tumbuh ke atas. Seakan selalu rindu untuk berhadapan dengan penciptanya. Atau hanya sekedar selalu memuji Dia karna meletakkan mereka sebagai aksesoris semesta raya.
Dalam taman kecil itu, bersama-sama mereka mengkombinasi wewangian mereka yang khas. Mereka tidak saling mematahkan demi hidup mereka. Mungkin masing-masing dari mereka menyadari bahwa mereka memiliki tujuan dan kerinduan yang sama. Mungkin pula mereka menyadari bahwa keindahan ada karena kekhasan masing-masing dari mereka.
Yang jelas, mereka hidup dalam satu eksistensi; satu keberadaan, yaitu: keindahan dan keagungan karya Sang Penyelenggara Semesta, seniman agung jagad raya.

Selasa, 12 Januari 2010

Panggilan Hidup

Salah satu pertanyaan yg slalu menggangguku sejak 7 tahun yg lalu adalah tentang "Panggilan Hidup". Mungkin istilah ini asing ya buat orang2 awam secara umum. Mungkin aneh dan asing juga buatmu, hai jiwaku. Entah kapan aku akan mulai merasa jenuh merasakan apa panggilan hidupku..... Mungkin juga kali ini aku sudah merasa letih.... tapi akal budiku belum mengirim impuls yg menandakakan aku sudah letih..... Mungkin juga kau lebih tau apa yg terjadi sebenarnya dalam diriku... segala perasaan, pertentangan, pergulatan2...... pemikiran... setidaknya... kali ini aku cuma pengen ngomong.... meskipun sebenarnya kau lebih mengerti yg sebenarnya.....

Sebagai sebuah konsep, panggilan hidup adalah sesuatu yang menggetarkan, menggerakkan,menarik untuk dikejar, dan selalu muncul kembali itu mulai dilupakan.
Mencoba mencari Panggilan hidup lebih mirip seperti pencarian jati diri.... bukan hanya jati diri secara psikologis ato yg lain2..... tp jati diri tentang siapa aku sebenarnya..... dan pencarian itu semata-mata hanya ingin memuaskan kehidupan yg selalu menanyakan untuk tujuan apa aku dilahirkan di dunia ini.....

Stidaknya apa yg kupahami sebagai panggilan hidup manusia adalah( ky gini).....
  • tujuan hidup manusia yang sudah ditentukan oleh Tuhan sebelum aku tercipta dalam buah rahim ibuku. Tujuan itu tersembunyi dalam lubuk hati tiap manusia. Ia terselip di antara daya Ilahi alam semesta ini... (yg kumaksud daya ilahi adalah kekuatan ygn ada di alam tetapi diluar kuasa dan jangkauan manusia.... dengn ungkapan yg lebih sederhana ... itu tidak didefinisikan secara sempit sebagai roh atau Tuhan.)
  • tujuan hidup/ panggilan hidup perlu ditangkap, disadari, dan terus diusahakan oleh manusia untuk mengenali itu..... seperti layaknya aku ingin mengenali seorang gadis yg kucintai. Secara manusiawi, aku telah dianugrahi kemampuan berupa akal budi untuk mencari, menangkap, dan terus mengenali panggilan hidupku itu....
  • aku juga menyadari keterbastasanku sebagai manusia. Jika panggilan hidup itu diandaikan sebagai sebuah bola.... kemampuanku sebagai manusia hanya mampu memandang salah satu sisi dari bola itu... alias g bisa memandang bola itu dari semua sisi sekaligus.
setidaknya beginilah yg kurasakan....
3 point ini amat mempengaruhi apa yg kupikirkan, kurasakan, segala tindakan.... mungkin itu juga mempengaruhi dirimu ......
Jiwaku, jika engkau memang sudah tahu segalanya.... beritahu aku yg seperti sedang berputar2 dalam lingkaran setan.....
Jiwaku, jika engkau memang belum tahu.... marilah berdiri disampingku dan mulai melangkah bersama untuk mencari jawaban atas segala pertanyaan2 itu..... kita buat perjanjian di antara kita..... bahwa jawaban itu akan kita temukan.... seperti layaknya kita mencari harta karun paling berharga bagi dirikita....


Kentungan, 4 Januari 2010
Jam 11.40-ketiduran karna lelah

Kamis, 07 Januari 2010

Pengungkapan

Aku pikir, sang waktu tidak akan pernah berhenti mengakumulasi usia hidupku di dunia. Buktinya, ia terus saja bermain-main bola matahari. Ketika satu putaran siang selesai, sang waktu segera menariknya dari senja dan segera melemparkannya ke timur. Sang fajar dengan kegesitannya melambungkan matahari tinggi-tinggi sebelum Bethara Kala melahapnya dalam kegelapan bumi. Dengan begitu, sang waktu berhasil menambahkan satu hari dalam tahun hariku di dunia. Entah sampai kapan mereka akan bosan bermain-main seperti itu. Barangkali suatu saat, sang waktu mengganti arah lemparannya ke utara. Boleh juga, pikirku. Aku harap, ketika itu terjadi, usiaku akan dihitung ulang dari awal.
Hehe… Dihitung dari awal? Keren juga seandainya bisa seperti itu.
Aku pikir, penghitungan awal bisa dimulai kapan saja tanpa harus ribet-ribet seperti itu. Toh, penghitungan itu juga hasil ulah manusia. Manusia memang secara sadar atau tidak sadar selalu membuat ukuran-ukuran matematis tentang segala sesuatunya. Mungkin itu untuk mengukur sejauh mana dirinya telah bekembang. Mungkin pula untuk mengukur setenar apa karya-karyanya dapat dikenal oleh dunia.
Ngomong-ngomong soal karya tangan manusia, aku jadi ingat obrolan kita dulu. Kau mengatakan bahwa manusia itu selalu bangga akan apa yang ia ciptakan. Apalagi ciptaan itu adalah hasil karyanya sendiri. Ya… secara spontan aku menyetujui itu.
Aku pun akan bangga bila telah mengkreasi sesuatu, entah itu suatu acara atau benda. Sebisa mungkin aku harus mengabadikannya. Aku percaya bahwa tiap hasil karya selalu merupakan representasi dari penciptanya. Sebuah ungkapan batiniah manusia dalam bentuk realitas fisik. Aku sendiri telah membuat beberapa mp3 dari lagu-laguku. Yah… hanya sekedar dokumentasi karena ingatanku tak mampu mengabadikan perasaan-perasaanku.
Kawan, mungkin kau lupa sesuatu. Segala yang kita ciptakan ini tergantung dari berapa besarnya kemampuan kita. Aku contohnya. Tiap kali diminta untuk mengungkapkan apa yang kurasakan, aku selalu merasa kesulitan. Menulis indah atau bertutur secara menarik pun aku tak mampu. Rangkaian tata bahasaku kerap loncat kesana-kemari dengan PD-nya. Maka, aku mengungkapkan perasaanku lewat lagu karna aku memiliki talenta di situ.
Mengungkapkan lewat lagu memberikan keuntungan bagiku. Aku tidak perlu memikirkan tata bahasa yang aduhai selalu membingungkan diriku. Aku mengungkapkan perasaanku dengan ungkapan-ungkapan yang mewakili perasaanku.
Kalo kurasa-rasakan lagi, lagu pun belum cukup mewakili segala yang kurasakan. Kadang ada taste dari lagu itu yang kurang mengena terhadap perasaanku yang sesungguhnya. Namun, kalau diukur dari tingkat kepuasan, aku lebih puas mengungkapkan perasaanku lewat lagu.
.... mmmm…. Sori kawan, sepertinya omonganku ini tak tentu arahnya. Bukannya aku bermaksud demikian… aku hanya ingin berbagi rasa denganmu lewat laguku ini…. (Tuh, kan terbukti, kalo aku susah mengungkapkan perasaanku melalui bahasa tulisan….) kira-kira begini liriknya.

Judule Pelita Perjalanan
Panggilan hidup ini, kerap sulit aku mengerti
Beribu tanya menjejali hati
Hingga tak kuasa tuk kutanggung sendiri
Namun cinta-Mu beri sebuah pelita di jemari
Bahwa hidup hanya untuk mengerti
Semua karsa-Mu di jagad ini
Kau memanggilku tuk menjadi tangan kanan-Mu
Dan menebarkan cinta bagi sesama
Kau pun tunjukkan bunga api-Mu di hidupku
Yang kan tunjukkan akhir perjalanan hidupku ini.

Intinya, aku sedang merasa jenuh dengan semua yang kutemui dalam kehidupan ini. Aku terlalu letih untuk merenungkan apa tujuan hidupku, panggilan hidupku, dan kehendak Dia yang telah menciptakan kita.
Di sisi lain, aku telah terlalu banyak mengakumulasi penyesalan dalam hidupku. Ingin rasanya aku me-restart kehidupanku. Memulai lagi segalanya dari awal dan menjalani kehidupan tanpa harus melalukan lagi kekeliruan-kekeliruan yang pernah kulakukan. Sepertinya aku akan merasa lebih baik bila restarting itu bisa terlaksana.
But It’is bullshit. Non sense. Omong kosong….. Tuhan tidak pernah sekalipun menyelipkan tombol restart dalam tubuh manusia. Aku tidak tahu ini salah siapa. Yang jelas aku tidak berani menyalahkan Tuhan. Lah wong mendugai samudra raya aja ga bisa, apalagi menyalahkan Tuhan.
Ya wes…… Aku hanya bisa menerima….. menikmati betapa getirnya pengalaman-pengalaman hidupku, betapa pahitnya buah pare kehidupan ini…..
Aku benci tiap kali menggunakan kata ‘betapa’. Kesannya, tidak ada harapan, tidak ada semangat… lebay….
Tapi satu hal yang masih bertahan kuat dalam keyakinanku... bahwa Daya Ilahi selalu mengatasi segala yang ada.... melampaui segala batas... Seandainya dia berbentuk sosok tertentu... aku tak peduli apa bentuknya.... tp yg kupercaya Dia itu ada...
I think that is all enough…
Makasih dah menemaniku dalam malam bersama sebatang korek api ini…
Doakan semoga korek ini tidak lekas habis sebelum Sang Fajar memengankan kejar-kejarannya dengan Bethara Kala.

Rabu, 06 Januari 2010

Catatan Iseng slama retret....

11.00

Catatan Iseng:
Sudah 3 hari retret berjalan. 4 hari masih asyik nongkrong dengan masa depan entah di mana. Mungkin sedang bermain petak umpet dengan para peramal masa depan. Hehehe… Aku tidak tahu pengalaman-pengalaman apa yang dititipkan Tuhan pada mereka untuk kualami bersama hari-hari esok. Yang jelas, perlahan-lahan hari ini aku merasa lebih tenang. Tepatnya, hatiku yang merasa tenang. Kekalutan hati, kegelisahan-kegelisahan akan panggilan dan motivasi, semuanya sudah reda. Hari ini aku berani mengatakan ahwa aku telah memahami apa panggilan itu. Hari ini pula aku dapat benar-benar mensyukuri rahmat panggilan itu. Bukan panggilan menjadi imam atau panggilan menjadi awam. Aku menxyukuri karena aku hidup. Aku diberi kesempatan hidup karna Tuhan memanggilku untuk melakukan/ mengejawantahkan kehendak-Nya. Allah telah mengizinkan aku untuk lahir di dunia dan melibatkan aku dalam karya tanganNya.
Allah telah memilih prototype diriku dan menciptakan aku seagai kreasi tanganNya. Ia juga akan menggunakan aku sebgai alatNya untuk bekerja di jagad raya ini. Ia mencetak dan menghiasi diriku sedemikian rupa (talenta, akal budi, indera) agar aku menjadi alatNya yang pas untuk bekerja di planet Bumi yang adalah salah satu dari semkian banyak kreasi tanganNya pula. Betapa beruntungnya diriku dipilihNya. Aku hanya tahu, tanpa alasan lain, bahwa Ia mencintai aku, menghargai aku, merawat diriku; seperti layaknya seorang pemahat sejati yang mencintai, menghargai, dan merawat karyanya.
12.00

Maneges Karso Dalem

21.40
Dalam SESI hening tadi, ak merasa seperti mendapatkan sebuah pelita….
Ya… Pelita… Pelita yang memberikan sebuah cahaya harapan akan kegalauan hatiku, kecemasan-kecemasan dalam perasaanku, dan kekalutan-kekalutan dalam pikiran akal budiku. Aku disadarkan bahwa segala yang kualami dan kulakkukan bukanlah berdasar pada kehendakku. Itu semua adalah demi kehendak Dia yang mengutus aku dan memilihku untuk ada di dunia. Panggilan hidup, tujuan hidup, serta segala motivasi yang ada dibaliknya semestinya bertolak dari Karsa Dalem Gusti. Bukan karsaku. Bukan juga demi mencukupi apa yang kubutuhkan, melainkan apa yang Tuhan butuhkan. Nglampahi karsa Dalem Gusti adalah yang utama dan terutama.
Yesus sendiri yang mengajari para muridnya dan pengikutnya untuk selalu manages karso Dalem Gusti. “Makananku ialah melakukan kehendak Bapa-Ku”. Begitulahyang diajarkan Yesus. Perjuangan Yesus mempertahankan hidupnya adalah bukan demi keselamatan dirinya saja. Yang terutama adalah mengejawantahkan apa yang menjadi kehendak Bapa.
Terima kasih Tuhan, karena pada kesempatan ini aku diingatkan lagi akan motivasi dasar aku hidup di dunia ini. Aku diingatkan lagi akan visi utama dan mendasar dalam kehidupan ini; Panggilan hidup manusia Kristen yang paling dasar. Itu semua terangkum dalam melaksanakan kehendak Bapa.Maka, segala daya upaya dan pilihan-pilihan hidupku adalah demi melaksanakan kehendak Bapa. Bukan demi cita-cita, bukan demi impian-impian, bukan demi rumusan-rumusan visi hidup, bukan demi panggilan-panggilan yang kurumuskan, bukan demi apa-apa yang kupercayai semata-mata. Namun, ini semua adalah demi menjalankan dan mengejawantahkan apa yang menjadi karsa Dalem Gusti. Itu saja.
Persoalan hidup mendasar yang perlu kuselesaikan mulai saat ini adalah manages karso Dalem Gusti. Yang lainnya di-skip dulu.
Maria mau merawat bayi dalam kandungannya yang asal muasalnya di luar akal sehat manusia hanya demi melakukan kehendak Tuhan. Musa yang mau memimpin Israel, bangsa yang pernah menolaknya, adalah demi melakukan kehendak Allah. Yusuf yang mau mengambil Maria sebagai istrinya adalah demi melakukan kehendak Allah.
Maneges Karso Dalem Gusti adalah panggilan ciptaan Allah dalam perjuangannya mempertahankan hidup.

06.30 (6 Januari 2010)