Rasa ini menyapaku lagi.
Kali ini Ia meracau…
Mengacau-balau ketenangan dalam hati…
Polahnya kelewat parah…
Sampai-sampai mimpi-mimpi lama tergugah…
Menggeliat dari dasar endapan-endapan hati…
Yang berhasil ku nina bobokan kala aku mulai mengerti arti birahi.
Segerombolan mimpi berhasil membujuk sang Pemimpi
Menggumamkan imajinasi akan dia yang kucintai.
Ah… Harus dengan apa lagi aku membujuknya kembali terlelap
dan mulai mengarang cerita lagi tentang penyangkalan akan adanya mimpi-mimpi itu?
Dulu aku berpikir ia tak akan bangun lagi…
Sehingga aku memutuskan untuk berjalan tenang
Hingga hari ini.
Kupikir perasaan itu tak akan berhasil menemukanku di jalan ini.
Dulu aku yakin dia tak tertarik dengan jalan yang penuh liku dan terjal ini.
Dan kurasa jalan ini telah melupakannya
Selalu berusaha meredamnya tuk selalu diam.
Itu dulu…
Kini aku sadar…
Perasaan berbeda dengan seekor semut yang terlalu mudah dimusnahkan.
Perasaan itu abadi…
Ia terlalu cerdas untuk menyusup dalam hati manusia.
Kini sang pemimpi mendapatkan mainan lamanya…
Dan aku hanya diberi kegelisahan yang indah.
Aku ingin mencintaimu…
Aku ingin menyayangimu…
Mencintai hanya karena cinta
Menyayangi hanya karena sayang
Kentungan, Mei 2009
Untuk tulang rusukku yang belum kutemukan (atau mungkin tak prnah menjadi milikku).
skip to main |
skip to sidebar
About Me
Ketika suaraku hanya abu di antara bilah-bilah kayu
Kamis, 21 Mei 2009
Blog Archive
Labels
- Ajar Urip (15)
- Artikel Lepas (1)
- Ngayal (1)
- Panggilan hidup (3)
- Poems (10)
- Solilokui (3)
- Tujuan hidup (2)