About Me

Sabtu, 31 Juli 2010

Hidup=Hadiah Kejutan

Aku baru saja sadar satu hal. Bener-bener baru saja karena baru beberapa menit yang lalu sebelum aku mulai mengeetik tulisan ini.

Apa itu??

HIDUP INI ADALAH AKUMULASI HADIAH KEJUTAN.

klo bahasa kerennya:

Life is a surprising grants

Bayangkan aja!!!! Dalam tiap menit hidup kita, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada hidup kita di menit-menit selanjutnya... bukan hanya menit, bahkan seper, sepernya, ribuan, jutaan, ratusan, milyaran, detik tidak pernah kita mengetahui apa yang akan terjadi pada waktu-waktu itu.....

ya to? (pa aku yang salah ya... mbuh lah.. yang penting aku mengalami itu. Dan aku meyakini itu, kalian mau ikut yakin monggo. Klo ga ikut juga monggo. hahahahaha.... )

Dengan begitu, tiap guliran waktu di jagad raya ini adalah hadiah kejutan yang sungguh tak terkira.....

dan itu bener-bener bisa bikin kita kaget, shok, terkejut, mlongo juga mungkin.....

misalnya sekarang aku g papa.. trus menit berikutnya aku kesandung... Nah, tentunya kaget kan kalo kesandung???? lha iyes.... mesti kaget dan g bakal ngira klo kesandung.... klo dh bisa mengira-ira klo akan kesandung pasti kesandungnya ga jadi deh....
hahahaha......


Bahkan di tengah-tengah rutinitas pun ada kejutan....
kejutan itu bisa berupa kebosanan kita... bisa berupa pemberontakan dari diri yang melawan rutinitas yang membosankan.....

Jdi klo boleh di generalisasikan, segala aksi reaksi yang terjadi di muka jagad ini adalah sebuah kejutan...........

mungkin ada orang yang bisa mengira-ira masa depan... yah.. aku percaya orang yang semacam itu ada... tetapi... ia tetaplah mengira-ira....
Meskipun ia yakin seratus persen telah dibisiki oleh Roh Paling jujur dan ahli membongkar rahasia alam.. orang itu tetap mengira-ira apakah peristiwa itu bakal terjadi atau tidak.....
otak manusia punya banyak sisi dan paradigma.... dan itu bisa berubah semau orang yang memilikinya....


oleh karena itu, sekarang aku makin memahami pepatah kuno ini:

Begini bunyinya...
Yesterday is history
Today is present
and tomorrow is a gift.....


Ya.... tomorrow adalah GIFT... HADIAH,... dan ini hadiah kejutan yang paling mengejutkan


Tiap detik masa depan kita adalah hadiah kejutan


Sooooo...........!!!!!!!

Ready for the gift you received!!!!!!!

Mengenal dan Mengenali

Hari Minggu kemarin aku main ke pantai Kuwaru. Letaknya di sebelah Barat pantai Samas. Awalnya aku ga pengen ikut sih. Selain males, ya aku sendiri capek karna sering bolak-balik Jogja Bantul. Namun, karena ramai dan banyak teman-teman karyawan yang ikut, akhirnya aku ikut juga. Aku pikir, ya, itung-itung menambah keakraban dengan rekan-rekan kerjaku yang baru n refreshing. Mungkin aku butuh refresing juga biar sejenak melupakan kepenatan dan kepeningan kepala. hahahahaha....

Karna capek, selama di pantai, aku hanya duduk dan memandangi luasnya sudut pandang. Menatap lekat pada ombak yang mencumbui pantai dengan liarnya. Sesekali melirik pada gunung-gunung ombak yang terus menantang langit dan ingin menggapai langit di sepanjang cakrawala.

Ahh..... sungguh menyenangkan....
Betapa alam ini sesungguhnya nikmat untuk dipandang berlama-lama. Pokoke g bakal pulang lah kalau temen-temen lain g ngajak n maksa pulang karena kelaparan. hahahaha....

AHHHHH....... tenangnya hatiku... damainya jiwaku....

Setidaknya hari ini aku berhasil mendengarkan salah satu pesan dari alam....

Ketika aku memandang garis-garis pantai dan mencermati jejak-jejak yang terhapus ombak, aku disadarkan satu hal....

Ndezzzzz...... jejakmu di bumi ini mudah sekali punah. Contoh yang paling jelas adalah jejak-jejak manusia di pantai yang begitu mudahnya lenyap tak berbekas. Kecupan-kecupan ombak ke pantai begitu mudahnya melupakan jejak-jejak manusia di atas pasir dan mengembalikan rupa pasir menjadi rata; menggantikannya dengan goresan-goresan garis ombak.

Aku merasa diingatkan bahwa hidup di dunia itu hanya seperti orang yang mampir minum di warung angkringan.
Orang yang mampu mengingat kita adalah orang yang mampu mengenal dan mengenali kita. Ketika orang tidak berminat untuk mengenal dan mengenali, ya, dia seperti ombak yang selalu semena-mena menghapus jejak-jejak kaki manusia di atas pasir. Namun, ketika aku mau dan mampu untuk mengenal dan mengenali, mungkin nasibku seperti kertas yang selalu mengingat mata-mata pena yang pernah menggilas permukaannya; seperti batu yang mengingat goresan-goresan sang pemahatnya dengan tetap mempertahankan rupanya yang sekarang menjadi patung menawan.

Ah... betapa indahnya jika ini bisa terjadi pada setiap manusia di dunia.
Saling mengenal satu sama lain.......mengantongi informasi-informasi tentang orang lain dalam gudang memori jangka panjang.....

Whuhuu.... !!!!!

Anyhow, g semua orang mau dikenali dan ga tiap orang mau untuk mengenal dan mengenali apa, siapa, dan bagaimana hal ikhwal yang ia jumpai dalam hidup.


Spertinya petuah sang alam ini amat berbicara bagiku.
Petuah ini menjadi inspirasi baru sekaligus memperteguh segala tingkah dan keputusanku ketika aku menghadapi teman-teman panitia Inisiasi yang pada dasarnya aku tidak mengenal mereka; seperti batu yang enggan mengenali sang pemahat karena enggan menciptakan komunikasi di antar mereka..... akibatnya ia hanya menjadi batu tak bermakna karena tergerus guliran-guliran waktu....^^

Selasa, 13 Juli 2010

Pujian....

Aku kerap heran kalau bertemu orang yang gila pujian. Ya bukan gila sih... Minimalnya suka bangetlah kalau dipuji....

KALAU AKU PIKIR:
Apa sih yg bikin orang nyaman untuk dipuji?
Apa sih yg bikin orang ketagihan dipuji?

KALAU AKU MERASAKAN:
Dipuji itu membuat aku merasa terdukung.... merasa dibombong... merasa memiliki pengagum... merasa dihargai (mungkin)... merasa diakui (mungkin)... merasa bangga (mungkin)... dan merasa-merasa lainnya yg belum bisa kuklasifikasikan menurut nama-nama perasaan yang ada...

Lebih heran lagi kalau melihat kaum hawa....
Wuidih.... berani kupastikan bahwa 95% dari kaum hawa yang pernah kujumpai dalam hidupku, entah itu kenal dekat atau tidak, pasti akan berbunga2 kalau dipuji. Heran aku... bahkan bisa-bisanya sampai merasa (dan beberapa berani mengklaim) bahwa orang yang memuji dirinya itu bersikap care banget terhadap dia....

Arrggghhh... KOK BISA SIH !!!!)#)#$&)@#*%&#)@$*#%&)#*$&%^

Kalau aku:
ketika dipuji oleh orang lain.... aku malah justru jadi lingsem (apa ya terjemahan bahasa Indonesia dari Lingsem)... Lingsem itu.. dibilang malu juga iya.. malu-malu seneng juga iya... auk ah.. Gelap...
Yang jelas... ketika aku dipuji... pertama ada rasa senang... tapi setelah itu.. aku menjadi orang yang lemah... (LOh kq bisa.. dipuji malah jadi orang yang lemah?????)

Lha iyes...
Setelah aku menerima pujian, lahirlah dalam diriku rasa bahwa aku adalah orang yg paling tahu dalam bidang di mana aku dipuji... misalnya... klo main gitar ya.. maen gitar....

Setelah dipuji.. aku akan merasa malu... misalnya setelah aku melakukan pola improvisasi nada yang belum pernah dimunculkan oleh orang lain... dan aku dipuji setelah itu... pada saat aku main lagi.. aku merasa menjadi orang bodoh... dan mandul...
Rasanya dari dalam.. ada dorongan aku harus memberikan yang lebih spektakuler lagi.....

Untungnya aku menyadari bahwa di balik dorongan itu mungkin ada kerinduan untuk mendapatkan pujian lagi... mungkin ada luka yang pada masa lalu belum terpenuhi yakni pengakuan dari orang lain, sehingga ketika aku dipuji.. aku makin seperti di rongrong untuk memberi yang wah lagi.. karena ketika dipuji, kebutuhanku akan pengakuan dari orang lain terpenuhi.. dan aku ingin-dan ingin lagi karena aku amat haus akan itu....

Ketika aku terfokus untuk berusaha memberikan yang lebih spektakuler... konsentrasiku jadi beralih... bukan lagi pada alat musik dan musik yang kumainkan tetapi sudah terserap oleh keinginan untuk memberikan yang lebih spektakuler...

mungkin bagi orang-orang tertentu keinginan itu bisa berarti positif... maksudnya.. keinginan itu bisa menjadi motivasi orang untuk selalu memberikan yang terbaik untuk orang lain...

Tapi bagiku, keinginan itu malah justru menjadi BOM yang sangat sensitif...
Ketika keinginan itu tersentuh.... maka meledaklah diriku hingga berkeping-keping..... dan sketika itu juga aku seperti kendi yg tak berisi....

Ketika menyadari itu.. aku lebih cenderung menghindari pujian...
Namun kecenderungan itu lama-lama bisa kukendalikan juga.. jadi imbas dari pujian-pujian yang kuterima tidak begitu besar....

Selasa, 06 Juli 2010

Waton Ngecap

Ketika mendengar anak-anak kecil menyanyikan lagu tentan6g cinta, aku merasa risi. Kayaknya enggak pantes banget deh. Belum saatnya. Agaknya bukan aku saja yang merasa demikian (ah, kalimat paling terakhir ini skedar cari pembenaran saja ^_^).Setidaknya, aku teringat pas jaman SD dulu. Kami gemar sekali menyanyikan lagunya "Stinky" atau Nike Ardila, atau lagu-lagu cinta lain yang sedang booming. Kayaknya dulu rasanya seneng banget bisa nyanyi lagu-lagu itu.... Rasanya bangga jadi orang yang selalu up to date... hehehehhee.... ^_^Bagiku kesan enggak ketinggalan zaman ini yang penting. Soalnya, q dulu g punya TV. Dan baru punya TV setelah klas 2 SMP. Mungkin kesenangan yang kurasakan dan kebanggaan itu juga sama dengan apa yang dirasakan oleh anak-anak kecil yang kujumpai (atau malah sudah lebih wah dan beda q jg g tw). Rasa itu seperti diberi kaldu ketika aku mengalami jatuh cinta. Sebenrarnya q g tw apa itu jatuh cinta yang sebenarnya atau enggak. yang ku tahu dan kusadadri adalah bahwa itu adalah cinta pertama dan bekasnya tak terhapus skalipun ribuan kali aku mencoba melupakan. Mungkin juga butuh jutaan kali agar benar-benar lupa. Tp, agaknya, emang enggak bisa lupa ding... Hehehehehe ^_^... Sumprit.. sampai sekarang g lupa...Aku waktu itu juga mulai nge-fans lagu-lagunya Sheila On 7 dan Java jive (Sisa semalam...)
AAAAAAAaaaarrrrggghhhh......!!!!!! Jadi lingsem aku kalo inget itu...
Begitu aku dah gede (saat ini), aku merasakan rasa risih yang mungkin dirasakan orang lain pas nyanyiin lagu-lagu itu. Hehehe.....^_^
Ow..... begini to rasanya. (sayangnya... rasa itu sulit disimbolkan dengan huruf-huruf sperti ini....)
Syukurlah aku boleh menyadari ini....
Menjadi dewasa ternyata adalah mengetahui apa yang baik-apa yang buruk; mengetahui mana yang pantas-mana yang tidak. Sebenarnya, dari mana sich semua itu? Apa ukuran2nya? Siapa saja yang membentuknya sehingga menjadi tata nilai dalam masyarakat?Yang jelas, semuanya itu adalah hasil rekayasa, konstruksi yang sengaja dibuat demi tujuan-tujuan tertentu; termasuk ukuran baik-buruk atau benar-tidaknya sesuatu. Semuanya itu demi tercapainya apa yang oleh bahasa disebut sebagai kebahagiaan bagi semua. Alias Bonum Commune.
Dan, hehehhee..... Klo mw mengakui, konsep bonum commune dan segala sesuatu demi bonum commune adalah hasil rekayasa juga... Rekayasa maksudnya adalah konsep itu sengaja dibentuk dan diberi definisi sehingga bisa berlaku bagi dan secara universal.
Sebenarnya, kalo mau, hidup itu sederhana saja. Hidup ya hidup. Tata nilai dan ttek bengeknya adalah hasil rekonstruksi. Karena ada akl budi dan kemauan (kehendak bebas) konstruksi itu ada.
Mungkin juga kalo manusia ga punya akal budi, bumi jg ga bakalan rusak. Hahahahahhaa..... ^_^

Celoteh 24 Mei 2009

Taat Aturan???

Ada temanku yang pernah bilang bahwa anjing di Asrama tuh biasanya bodoh-bodoh. Penyebabnya adalah di satu sisi ia disayang-sayang sedang di sisi lain ia dikerasi. Dan sepertinya, itu bisa jadi analog dengan kehidupan para anggota asrama. Mungkin juga semua orang.Tiap oran gmemang selalu dihadapkan pada orang-orang yang pro juga yang kontra dengan dirinya. Memang sperti itulah hidup dalam korelasi dengan orang lain.aku disadarkan dan makin diteguhkan bahwa menjadi diri sendiri adalah hal yang penting. Lalu, yang kedua adalah aku harus bisa memainkan permainan kehidupan ini dengan segala aturan yang berlaku.Aturan memang dibentuk demi membangun bonum commune (kebaikan bersama). Namun, itu tidak berarti bahwa aku harus tunduk dan menyerah begitu saja dengan aturan-aturan. Aturan harus dilaksanakan demi bonum commune. Bukan hanya demi aturan itu telah ditunaikan atau belum

Celoteh 5 April 2009 Jam 07.20

Terasing

aku tak mengerti apa nama dari perasaan yang kurasakan malam ini. kalau aku dipaksa mengungkapkan, maksimalnya, akan mendeskripsikannya sebagai berikut: sedikit heran, penasaran sejumput, 3 sendok teh penasaran, 5 butir penuh tanya, sisanya 30 keping rasang terasing.ya. Rasa terasing memang mendominasi. Rasanya seperti Tuhan sudah tidak mempedulikan diriku. Apa mungkin ini karena keputusanku? Atau mungkin ini hanya perasaan dari persepsi negatif?Seandainya aku memandang dari sisi positif, aku mearsa Tuhansedang tidak banyak bicara padaku karena Ia menantikan aku untuk berbicara dan mengunkapkan segalanya. Ia sedikit memberi ruang bebas pada anaknya yang keras kepala ini untuk menjajal dunia baru (yang baru saja diputuskan untu dijalani) dengan leluasa. Mungkin ia bertindak demikian agar aku tidak memendam segala gelisah gundah yang sedang kurasakan....Mungkin... Sekali lagi ini mungkin.... Nyatanya aku tetap tak bisa memastikan apakah memang ini yang benar-benar menjadi kehendakNya. Setidaknya,aku merasa tenang sekarang. All things must be fine during I believe in Him/ Her.Kemampuanku hanya sebatas mengira-ira dan menafsirakan segala pengalaman yang kuhadapi. Aku hanya bisa mengoleksinya sebagai kekayaan narasi beasr tentang hidupku. Di antara akumulasi kisah-kisah itu, termasuk yang terakhir tadi, aku masih bisa dan mampu menemukan tilas-tilas cinta-Nya.

Kerep, Ambarawa2 Juli 2010
Ndes Zedeng ^_^

Menyenangkan orang lain

Tiap orang selalu melakukan apa yang dianggapnya benar. Dan selalu saja ada kecenderungan dari manusia untuk membagikan apa yang ia yakini. Itu bisa termanifestasi dalam rupa nasehat-nasehat, petuah, wejangan, kekecewaaan karena orang lain tidak mewujudkan apa yang ia inginkan, lalu, konflik karena perbedaan pendapat. atau tafsiran.Oleh karena itu, tiap orang enggak bisa menyenangkan orang lain. pernyataan ini membawa konsekuensi, aku tidak akan disenangi oleh orang lain.Jika demikian, apakah boleh dikatakan bahwa kesenangan dalam diri sendiri itu ditemukan dalam relasi/ korelasi antara orang-orang yang memiliki nuansa keselarasan dan harmoni?Di mana letak kebahagiaan jika bertolak dari situ?

Celoteh 17 November 2009

Memaafkan

Seandainya saja memaafkan itu semudah meniup lilin yang menyala. Seandainya saja memadamkan prahara itu semudah memadamkan api lilin. Seandainya saja perkara, persoalan, permasalahan kekecewaan, kebencian hanya sebuah nyala api lilin yang menyengat kulit yang bisa dengan mudah hilang panas apinya dengan sekali tiup.Seandainya saja realita seperti apa yang kuandaikan itu nyata, pasti segalanya lebih mudah. tidak akan ada banyak bekas luka yang tertilas di atas kulit-kulit hati dan kehidupan. tidak akan ada kelanjutan dari rantai dendam dan amarah. Tidak akan ada sakit hati dan kekecewaan yang berani singgah di antara ruang-ruang yang tersisa di hati. Dan, tentunya, ruang-ruang itu dapat diisi dengan kebahagiaan; bukan sekedar rasa senang belaka.

Penting Sari, 3 Juli 2010

Keputusanku, Hidupku (1)

Hidup manusia selalu ada dalam jaringan kehidupan. Jaringan itu tercipta secara otomatis sejak kita lahir. Jadi, pertama-tama, manusia adalah makhluk sosial. Sisi individualnya baru akan nampak ketika manusia mampu mencukupi kebutuhannya sendiri. Mau usia berapanya, itu tergantung dari perkembangan masing-masing personal.Mencukupi kebutuhan sendiri? Kapan itu waktunya? Apa makna individual sebenarnya? Benarkah manusia itu makhluk individual?
Au ah.. Gelap....
Aku lebih suka demikian.....
Biarlah hidup ini berjalan sesuai dengan segala dorongan yang mun cul pada diri. Print Out hidup kita itu tergantung bagaimana kita mengatur dan mengelola dorongan-dorongan itu....Hidup ku tidak semata-mata tergantun g pada orang lain/ pengaruh orang lain. Namun, Hidupku tergantung pada keputusan-keputusanku untuk menerima atau menolak pengaruh-pengaruh itu.

Celoteh 17 November 2009

Andai....

Seandainya aku mampu melepaskan segala ikatan dari tubuh ini.... Dengan kecepatan fajar, aku ingin berlari dan terbang menembus segala sesuatu... Menjelma menjadi senyum di bibir orang-orang yang murung... mengambil cahaya mentrai fajar dan meletakkannya di mata orang kurang harapan.....

Celoteh 12 Juni 2009