Berbaring resah dalam bayangan.
Jiwaku menggigil kedinginan.
Bukan karena menanggung karma
namun, cuaca tak berima
Telinga rindu berdenging
Mendamba suara sentuh daunnya
Bukan suara-suara nyaring,
Namun bisik getar nadinya.
Nadiku telah mati beku
atau sekarat jika nyawa tersisa.
Darahku masih menghamba jantung.
Namun lupa jalan ke sana.
Sebilah rasa menikam dada.
Merenteng mata pikuk dan prahara.
Dan aku terjelembab ke dalam liang.
Jatuh... rapuh... luruh.
Merana dijajah peluh.
Aku melihatnya di sana.
Penuh senyum bercengkerama
dengan bintang teman malam-malamnya.
Benarkah ia bermadu mesra dengan bintang?
Kapan ia teringat lg bila malam itu punya bintang?
Atau...
Aku hanya bermimpi.
Membawa sebuah bintang baginya.
Agar ia bertemu masa belianya
agar ia bercumbu dengan kisah-kisah klasiknya
agar...
agar...
agar... aku dapat menjadi bintang
yang kini ia lupakan.
Aku masih merangsek dalam kubur
Menunggu orang menimbun tanahnya.
Terbalut dadaku dengan lumpur.
Mengisi separuh ruang yang ternganga.
Kembalikan jika kau tak mau!
Sembuhkan jika kau penjaga waktu!
Kamu...
Dirimu...
Apimu...
SELAMATKANLAH AKU....
skip to main |
skip to sidebar
About Me
Ketika suaraku hanya abu di antara bilah-bilah kayu
Labels
- Ajar Urip (15)
- Artikel Lepas (1)
- Ngayal (1)
- Panggilan hidup (3)
- Poems (10)
- Solilokui (3)
- Tujuan hidup (2)
0 komentar:
Posting Komentar