Sudah lama aku mencari Tuhan.
Kata guru agamaku, Dia ada di dalam hatiku.
Di dalam hati? (batinku)
Tp di mana hati itu?
Kata orang-orang romantis sich,
hati itu ada di balik dada
karna tiap orang bilang kata "hati", tangannya selalu menyentuh dada.
Aku pengen mencariNya
Biar aku bisa ketemu Tuhan
dan menanyakan bagaimana aku harus belajar mencintai.
Tp aku juga belum ingin mati.
kalau aku mencari hatiku, berarti aku harus
mengoyak dadaku dan mengobok-obok sampai ke dasarnya.
Tunggu..
Tunggu sebentar.
Kalau Tuhan ada di dalam hati, kenapa Dia sekecil itu?
Ah, tidak. Pasti Dia ada di suatu tempat yang lebih besar yang bisa menampung kebesaranNya.
Di mana Tuhan itu?
Seorang beragama mengatakan,
"Dia ada kalau kamu memeluk agama.
Kamu dapat menemukanNya dalam kitab suci."
Menurutku logis juga:
kitab suci lebih kelihatan dan real.
Tapi....
kenapa Dia hanya rupa aksara yang tersusun Indah?
Sebuah buku, kalau terbakar, habislah sudah raganya.
Jika memang Dia di sana, di mana AgungNya Tuhan?
Aku sudah mencari di seluruh kolong langit.
Aku mencari dan tak kutemukan.
Aku mencari di buku-buku best seller.
Mencari di antara bintang-bintang malam
Mencari di butiran dogma
Mencari di serpihan-serpihan budaya lama
Bahkan di selangkangan yang katanya adalah barang suci
Aku hanya menemukan sidik-sidik jariNya.
Akhirnya,
Dalam selimut lelah, aku meringkuk kedinginan.
Menyesali diri yang terlalu angkuh ingin bertemu dengan Nya.
Namun ada satu tempat yang belum kucari.
(bernyanyi)
Ubi Caritas et Amor, Deus Ibi Est.
skip to main |
skip to sidebar
About Me
Ketika suaraku hanya abu di antara bilah-bilah kayu
Senin, 22 November 2010
Labels
- Ajar Urip (15)
- Artikel Lepas (1)
- Ngayal (1)
- Panggilan hidup (3)
- Poems (10)
- Solilokui (3)
- Tujuan hidup (2)
0 komentar:
Posting Komentar