Aku kerap heran kalau bertemu orang yang gila pujian. Ya bukan gila sih... Minimalnya suka bangetlah kalau dipuji....
KALAU AKU PIKIR:
Apa sih yg bikin orang nyaman untuk dipuji?
Apa sih yg bikin orang ketagihan dipuji?
KALAU AKU MERASAKAN:
Dipuji itu membuat aku merasa terdukung.... merasa dibombong... merasa memiliki pengagum... merasa dihargai (mungkin)... merasa diakui (mungkin)... merasa bangga (mungkin)... dan merasa-merasa lainnya yg belum bisa kuklasifikasikan menurut nama-nama perasaan yang ada...
Lebih heran lagi kalau melihat kaum hawa....
Wuidih.... berani kupastikan bahwa 95% dari kaum hawa yang pernah kujumpai dalam hidupku, entah itu kenal dekat atau tidak, pasti akan berbunga2 kalau dipuji. Heran aku... bahkan bisa-bisanya sampai merasa (dan beberapa berani mengklaim) bahwa orang yang memuji dirinya itu bersikap care banget terhadap dia....
Arrggghhh... KOK BISA SIH !!!!)#)#$&)@#*%&#)@$*#%&)#*$&%^
Kalau aku:
ketika dipuji oleh orang lain.... aku malah justru jadi lingsem (apa ya terjemahan bahasa Indonesia dari Lingsem)... Lingsem itu.. dibilang malu juga iya.. malu-malu seneng juga iya... auk ah.. Gelap...
Yang jelas... ketika aku dipuji... pertama ada rasa senang... tapi setelah itu.. aku menjadi orang yang lemah... (LOh kq bisa.. dipuji malah jadi orang yang lemah?????)
Lha iyes...
Setelah aku menerima pujian, lahirlah dalam diriku rasa bahwa aku adalah orang yg paling tahu dalam bidang di mana aku dipuji... misalnya... klo main gitar ya.. maen gitar....
Setelah dipuji.. aku akan merasa malu... misalnya setelah aku melakukan pola improvisasi nada yang belum pernah dimunculkan oleh orang lain... dan aku dipuji setelah itu... pada saat aku main lagi.. aku merasa menjadi orang bodoh... dan mandul...
Rasanya dari dalam.. ada dorongan aku harus memberikan yang lebih spektakuler lagi.....
Untungnya aku menyadari bahwa di balik dorongan itu mungkin ada kerinduan untuk mendapatkan pujian lagi... mungkin ada luka yang pada masa lalu belum terpenuhi yakni pengakuan dari orang lain, sehingga ketika aku dipuji.. aku makin seperti di rongrong untuk memberi yang wah lagi.. karena ketika dipuji, kebutuhanku akan pengakuan dari orang lain terpenuhi.. dan aku ingin-dan ingin lagi karena aku amat haus akan itu....
Ketika aku terfokus untuk berusaha memberikan yang lebih spektakuler... konsentrasiku jadi beralih... bukan lagi pada alat musik dan musik yang kumainkan tetapi sudah terserap oleh keinginan untuk memberikan yang lebih spektakuler...
mungkin bagi orang-orang tertentu keinginan itu bisa berarti positif... maksudnya.. keinginan itu bisa menjadi motivasi orang untuk selalu memberikan yang terbaik untuk orang lain...
Tapi bagiku, keinginan itu malah justru menjadi BOM yang sangat sensitif...
Ketika keinginan itu tersentuh.... maka meledaklah diriku hingga berkeping-keping..... dan sketika itu juga aku seperti kendi yg tak berisi....
Ketika menyadari itu.. aku lebih cenderung menghindari pujian...
Namun kecenderungan itu lama-lama bisa kukendalikan juga.. jadi imbas dari pujian-pujian yang kuterima tidak begitu besar....
skip to main |
skip to sidebar
About Me
Ketika suaraku hanya abu di antara bilah-bilah kayu
Selasa, 13 Juli 2010
Labels
- Ajar Urip (15)
- Artikel Lepas (1)
- Ngayal (1)
- Panggilan hidup (3)
- Poems (10)
- Solilokui (3)
- Tujuan hidup (2)
0 komentar:
Posting Komentar